Gempa Susulan di Bali Terjadi Hingga 9 Kali, Ini Imbauan BMKG Saat Gempa Terjadi
Gempa susulan terjadi hingga 9 kali di Bali, ini imbauan dari BMKG saat gempa terjadi.
Penulis: Vega Dhini Lestari
Editor: Desi Kris
TRIBUNSTYLE.COM - Gempa susulan terjadi hingga 9 kali terjadi di Kabupaten Jembrana, Bali.
Dilansir dari Kompas.com, gempa susulan ini terjadi dengan besaran magnitudo berbeda-beda.
"Hingga pukul 10.00 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan 9 kali aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) dengan magnitude terbesar 3,2 dan magnitude terkecil 2,4," jelas Ramhamt Triyono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG saat dihubungi Kompas.com, Selasa (16/7/2019).
Bagi masyarakat yang terdampak gempa, ini imbauan BMKG saat gempa terjadi seperti yang TribunStyle.com himpun dari www.bmkg.go.id.
• VIRAL VIDEO Diduga Sebelum Gempa Bali, Warga Punguti Ratusan Ikan yang Lompat ke Pantai Canggu
• GEMPA HARI INI Selasa 16 Juli 2019 - Gempa Guncang Bali, Tidak Berpotensi Tsunami, Ini Himbauan BMKG

Jika berada di dalam bangunan
Lindungi badan dan kepala Anda dari reruntuhan bangunan dengan bersembunyi di bawah meja, tempat tidur dan sebagainya yang memiliki kolong.
Carilah meja yang kokoh untuk berlindung dari reruntuhan yang bisa menimpamu saat gempa terjadi.
Cari tempat yang paling aman dari reruntuhan dan goncangan.
Segera lari ke luar apabila masih dapat dilakukan.

Jika berada di luar bangunan atau area terbuka
Menghindar dari bangunan yang ada di sekitar Anda seperti gedung, tiang listrik, pohon, dan lain-lain.
Perhatikan tempat Anda berpijak, hindari apabila terjadi rekahan tanah.

Jika sedang mengendarai mobil
Keluar, turun dan menjauh dari mobil hindari jika terjadi pergeseran atau kebakaran.
Hindari bangunan yang ada di sekitar Anda seperti gedung, tiang listrik, pohon, dan lain-lain.
Perhatikan tempat Anda berpijak, hindari apabila terjadi rekahan tanah.

Jika tinggal atau berada di pantai
Jauhi pantai untuk menghindari bahaya tsunami.
Jika titik gempa berada di laut, potensi terjadinya tsunami akan meningkat.

Jika tinggal di daerah pegunungan
Apabila terjadi gempa bumi hindari daerah yang mungkin terjadi longsoran seperti tebing berbatu dan sebagainya.

Jangan panik saat gempa terasa di sekitar Anda agar evakuasi berjalan lancar.
(TribunStyle/Vega Dhini Lestari)

Meski Peringatan Tsunami Akibat Gempa 7 SR Ternate Dicabut, Warga Tetap Mengungsi ke Daerah Tinggi
Meski Peringatan Tsunami Akibat Gempa 7 SR Ternate Dicabut, Warga Tetap Mengungsi ke Daerah Tinggi.
TRIBUNSTYLE.COM - Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) sudah mencabut peringatan dini tsunami akibat gempa bumi berkekuatan 7 magnitudo di Manado pada pukul 00.09 WIB Senin (8/7/2019) dini hari, namun masyarakat masih enggan kembali ke rumah masing-masing.
Dikutip dari Kompas.com, Senin (8/7/2019) sebagian masyarakat di Kota Ternate, Maluku Utara khususnya yang tinggal di wilayah pesisir sempat mengungsi akibat gempa bumi pada Minggu (7/7/2019) pukul 22.08 WIB.
Diketahui warga yang mengungsi adalah yang tinggal di daerah dekat pesisir, di antaranya Kelurahan Bastiong dan Kelurahan Makassar Timur.
Mereka mengungsi di daerah ketinggian, di rumah sanak saudara maupun kerabat.
Selain itu, ada juga beberapa warga yang mengungsi di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ternate.
"Iya, pak mau mengungsi, di sini banya yang sudah mengungsi,"kata Irman salah satu warga Kelurahan Bastiong seprti dikutip dari Kompas pada Senin (8/7/2019).
Sementara itu, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ternate, Mansur P Mahli mengatakan, warga yang mengungsi ada yang mandiri atas kemauan mereka sendiri.
"BPBD sendiri sampai saat ini masih siaga, mengantisipasi adanya gempa susulan" kata Mansur.
Juga masih dikutip dari Kompas.com pada Senin (8/7/2019) diketahui tinggi air laut di Sulawesi Utara sempat naik pasca gempa 7 SR di Ternate.
Namun, meski demikian gempa bumi yang terjadi di Ternate tersebut merupakan jenis gempa bumi yang dangkal.
Jadi, dengan jenis gempa yang dangkal, kecil kemungkinan untuk terjadi tsunami.

BMKG mengatakan, gempa magnitudo 7 yang mengguncang Ternate hingga Manado merupakan gempa bumi dangkal.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat deformasi kerak bumi pada lempeng Laut Maluku," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers, Senin (8/7/2019).
Dwikorita menjelaskan, gempa ini memiliki mekanisme sesar naik akibat adanya tekanan atau kompresi lempeng mikro Halmahera ke arah barat, dan tekanan lempeng mikro Sangihe ke arah timur.
Akibatnya, lempeng laut Maluku terjepit hingga membentuk double subduction ke bawah Halmahera dan ke bawah Sangihe, getaran paling kuat dirasakan di Bitung dan Manado. (Tribunstyle.com/Candra Isriadhi)
Like Fanpage Facebook TribunStyle.com :
Subscribe Channel Youtube TribunStyle.com :