Kisah Desa Pemulung di Malaysia, Didiami 200 Keluarga Pemulung dan Memakan Sisa Makanan Dari Sampah
Simak sebuah kisah dari desa pemulung di Malaysia, didiami lebih dari 200 keluarga pemulung dan memungut sisa makanan dari sampah.
Penulis: Dhimas Yanuar Nur Rochmat
Editor: Melia Istighfaroh
Simak sebuah kisah dari desa pemulung di Malaysia, didiami lebih dari 200 keluarga pemulung dan memungut sisa makanan dari sampah.
TRIBUNSTYLE.COM - Tidak hanya di Indonesia saja yang memiliki daerah pemulung yang memiliki berbagai kisah, di Malaysia-pun juga memiliki kisah yang hampir kurang lebih sama dengan Indonesia.
Mengutip dari Asiaone, keluarga yang tinggal di dekat TPA di Sandakan, Sabah, mereka sering mencari barang-barang yang bisa didaur ulang.
Hal ini mereka lakukan untuk mendapatkan uang demi makanan yang lebih layak.
Sampah di TPA tersebut adalah sumber pendapatan dan bahkan makanan untuk sekitar 200 keluarga yang kebanyakan orang tidak memiliki tanda pengenal.
• Viral Pesan Pria ke Ibunya yang Sudah Meninggal Sejak Januari Lalu, di Kirim Melalui WhatsApp
Mereka hidup di daerah tersebut tanpa sarana untuk mendapatkan pekerjaan yang layak atau sekolah.
Beberapa anak dari keluarga-keluarga tersebut terlihat membuka paket makanan yang sudah setengah dimakan seperti roti.
Mereka juga akan meminum minuman dari plastik minuman gelas yang belum habis.
Bagi mereka, itu hal yang normal.
Bahkan, mereka akan tersenyum ketika menemukan makanan di TPA tersebut.
Seorang ayah dua anak ditemui saat mencari barang-barang yang dapat digunakan lagi, dan mengatakan bahwa keluarganya telah tinggal di daerah TPA ini selama bertahun-tahun.
• Pria Medan Menyelinap Di Roda Pesawat Terbang Hingga Sampai Malaysia, Tidak Ada Uang Untuk Pulang
• Viral Curhat Ayah Bayinya Kerap Disentuh Orang Karena Lucu, Akibatnya Menyakitkan, Hati Ortu Hancur
Dia mengatakan anak-anaknya dan dia akan memulai pencarian makanan dan barang sisa sekitar jam 6 pagi setiap hari.
"Kadang bisa menemukan pakaian."
"Atau makanan dan minuman yang masih bisa dikonsumsi," katanya.
Dia sangat sadar tentang kurangnya kebersihan yang setiap hari mereka hadapi.
"Tapi aku tidak tahu bagaimana lagi cara menjaga keluargaku untuk tetap hidup," katanya.
Mencari makanan yang layak, anggota keluarga yang tinggal di dekat pusat pembuangan sampah Batu Gajah ini mencari barang-barang yang bisa diselamatkan.
"Di sini, kami menemukan barang-barang seperti botol, kaleng aluminium dan logam untuk dijual," kata pria paruh baya yang tidak ingin disebutkan namanya.
"Pada hari yang baik, kita bisa mendapatkan sekitar RM20 (Rp 70 ribu) dari menjual botol plastik dan kaleng."
Di dekatnya, dua anak lelaki yang bersemangat - Damisah Amit, 10, dan Cabang Hasbi, 11.
• VIRAL VIDEO Pemotor Diserang Begal di Gandaria, Kunci Motor Pria Ini Nyaris Dicabut Begal, Dramatis!
• Viral Driver Ojol Gratiskan Antar Jemput Anak Sekolah, Dijuluki Pahlawan tanpa Jubah Siapa Dia?
• Remaja Akhiri Hidup Setelah Gunakan Fitur Instagram Vote, Bukan Pertama Kalinya Kejadian
Mereka berdua terlihat berlarian di sekitar TPA itu sekaligus mengumpulkan kaleng dan barang-barang daur ulang lainnya.
Ditanya mengapa mereka begitu bersemangat, mereka berkata jika mereka bisa mendapatkan lebih banyak uang dari menjual sampah, mereka mungkin memiliki kesempatan untuk membeli pakaian baru.
"Kami berusaha bekerja lebih dari biasanya karena kami berharap mendapatkan uang tambahan untuk Hari Raya," kata Damisah.
Anggota parlemen Sandakan baru Vivian Wong, ketika dihubungi, mengatakan dia perlu waktu untuk memahami seluruh situasi sebelum berkomentar lebih lanjut.
"Kami akan mencoba mencari solusi terbaik untuk semua orang," katanya.
Tempat pembuangan sampah ini terletak tidak terlalu jauh dari kawasan kota Sandakan, Sabah, Malaysia.
Menurut Dewan Kota Sandakan, orang-orang ini disarankan untuk tinggal di tempat lain.
Departemen Imigrasi setempat telah melakukan operasi rutin untuk menangkap imigran ilegal.
Dipelajari bahwa banyak orang akan kembali sementara beberapa adalah pendatang baru ke situs TPA itu dan akan menetap di sana, hidup dari tangan ke mulut bagi para pemulung ini. (Tribunstyle/Dhimas Yanuar).
Like dan Subscribe Ya!