7 Hal Sepele dan Cara Mengatasi Kepala Pusing Tak Tertahankan, Berat Badan Hingga Kedinginan
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit ini masuk ke dalam 10 besar penyakit yang sering diderita oleh laki-laki
Penulis: Triroessita Intan Pertiwi
Editor: Dimas Setiawan Hutomo
TRIBUNSTYLE.COM - Sakit kepala menjadi keluhan yang sering kita alami.
Hampir 50% dari semua orang di dunia menderita sakit kepala.
Dikutip dari brightside.me, menuruh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit ini masuk ke dalam 10 besar penyakit yang sering diderita oleh laki-laki.
Bagi kaum perempuan, keluhan ini malah masuk ke dalam daftar 5 besar kondisi yang membuat tidak lancar beraktifitas.
Kali ini kita akan bagikan 7 penyebab sakit kepala juga beberapa cara mengatasinya.
Dengan mengetahui penyebabnya, diharapkan kita bisa menghindari keluhan yang cukup sering menghambat kesehatan ini.
1. Kekurangan sinar matahari dan vitamin D

Menurut penelitian di Universitas Eastern Finland, kekurangan vitamin D meningkatkan risiko sakit kepala kronis.
Para ilmuwan menganalisis kadar serum vitamin D pada sekitar 2.600 orang.
Orang dengan kadar vitamin D serum terendah cenderung mengalami perkembangan sakit kepala kronis lebih dari yang lain.
Sakit kepala kronis juga lebih sering dilaporkan oleh pria yang diperiksa di luar bulan-bulan musim panas karena tingkat radiasi matahari lebih rendah selama musim lainnya.
2. Cahaya terlalu terang

Orang yang mengalami sakit kepala sering mencoba menghindari cahaya terang dan menghabiskan lebih banyak waktu di kamar yang gelap.
Studi Beth Israel Medical Center mengidentifikasi hubungan baru antara neuron di mata dan neuron di otak yang mengendalikan suasana hati kita dalam parameter fisik seperti detak jantung, sesak napas, kelelahan, dan mual.
Selain fakta bahwa cahaya terang bisa menjadi penyebab sakit kepala, kondisi ini juga bisa membuat pasien menderita gangguan, marah, cemas, dan putus asa.
Peserta penelitian juga menyebutkan bahwa mereka mengalami ketidaknyamanan konstan, mual, dan sesak napas.
3. Guntur dan kilat

Para ilmuwan dari University of Cincinnati menggunakan model matematika untuk menentukan apakah petir itu sendiri adalah penyebab meningkatnya frekuensi sakit kepala atau apakah itu bisa dikaitkan dengan faktor cuaca lainnya.
Hasilnya menunjukkan peningkatan 19% risiko sakit kepala pada hari-hari penuh petih, bahkan setelah memperhitungkan faktor cuaca.
Ini menunjukkan bahwa petir memiliki efek unik yang mengakhibatkan kerentanan mereka terhadap sakit kepala.
4. Depresi dan kecemasan

Sebanyak 588 pasien mengalami sakit kepala mengambil bagian dalam penelitian yang dilakukan di National Defense Medical Center di Taiwan.
Dalam kebanyakan kasus, kecemasan, depresi, dan tidur yang tidak sehat adalah alasan utama yang menjadi penyebab rasa sakit.
Tampaknya faktor-faktor seperti tekanan emosi dan frekuensi sakit kepala dapat mempengaruhi satu sama lain melalui mekanisme patofisiologi umum.
Fu-Chi Yang, penulis penelitian ini, mencatat bahwa hasil berpotensi menunjukkan bahwa perawatan medis yang memadai untuk mengurangi frekuensi sakit kepala dapat mengurangi risiko depresi dan kecemasan pada pasien migrain.
5. Obat-obatan yang mengandung kodein

Menurut penelitian yang dilakukan di Univesity of Adelaide, mengonsumsi obat-obatan dalam jumlah besar yang mengandung kodein dapat berkontribusi terhadap sakit kepala yang serius.
Ini adalah masalah yang sering terjadi di antara pasien dengan sensitivitas tinggi terhadap rasa sakit.
Jacinta Johnson mengatakan, “Sensitivitas nyeri adalah masalah besar bagi pengguna obat opioid karena semakin banyak yang kamu konsumsi, semakin banyak obat yang dapat meningkatkan kepekaanmu terhadap rasa sakit, sehingga kamu mungkin tidak pernah mendapatkan bantuan sesuai dengan yang kamu butuhkan. Dalam jangka waktu panjang, mengkonsumsi obat malah memiliki efek memperburuk masalah daripada membuatnya lebih baik. ”
6. Obesitas

Studi di Universitas Johns Hopkins menegaskan bahwa obesitas terhubung ke sakit kepala secara umum dan migrain secara khusus.
Selain itu ia juga berpengaruh dengan kondisi sakit kepala sekunder tertentu seperti hipertensi intrakranial idiopatik.
Lebih lanjut, karena kelebihan berat badan, migrain juga bisa terjadi pada orang-orang usia reproduksi.
Semakin tinggi indeks massa tubuh, semakin sering sakit kepala periodik berubah menjadi kronis.
Meski begitu aktivitas fisik dan penurunan berat badan bisa membantu mengurangi frekuensi nyeri dan bahkan menyingkirkannya.
7. Dingin

Para ilmuwan dari Institut Max Planck untuk Antropologi Evolusi mencatat bahwa adaptasi orang terhadap suhu dingin dapat berkontribusi pada perubahan sakit kepala.
Penelitian Felix Key juga menyoroti bagaimana tekanan-tekanan evolusioner masa lalu memengaruhi fenotipe masa kini dalam lingkungan yang dingin.
Karena suhu rendah, kejang pembuluh serebral dapat terjadi dan itu mempengaruhi proses sirkulasi darah.
Dalam lingkungan yang dingin, kadar oksigen darah menurun dan itu sebabnya orang mungkin mengalami sakit kepala atau migrain saat dingin.
(TribunStyle.com / Triroessita Intan P)
BACA JUGA:
• Pantas Siap Tunangan dengan Tasya, Ternyata Ini Latar Belakang Randi Bachtiar, Tak Sekadar Tampan
• Kenapa Nama Belakang Bowo Adalah Alpenliebe? Ia Ungkap Jawabannya: Hitam Manis!
• Pantes Randi Bachtiar Kepincut, 10 Potret Tasya Kamila Ini Pancarkan Kecantikan Naturalnya
• 7 Meme Messi dan Cristiano Ronaldo yang Mudik Bareng dari Piala Dunia 2018, Kocak Maksimal
• Syed Saddiq Jadi Menteri di Usia 25 Tahun, Ini Sosok dan 10 Potret Pesonanya
Yuk like Facebook dan subscribe Youtube TribunStyle.com: