Breaking News:

Cerita Viral

5 Fakta Bayi Khaidar Ali yang Hidup di Kolong Jembatan, Berawal dari Gerobak Sampai Utang ke Bidan!

Khaidar Ali dan orangtuanya diketahui tinggal di bawah jembatan, persis di atas aliran Sungai Ciliwung.

Penulis: Yohanes Endra Kristianto
Editor: Yohanes Endra Kristianto
KOMPAS.com/Rima Wahyuningrum
Keluarga bayi Khaidar Ali 

TRIBUNSTYLE.COM - Bayi berusia 15 hari yang hidup di kolong jembatan mendadak viral.

Saat sebagian wilayah dilanda banjir, ada kehidupan di kolong jembatan yang tetap berjalan seperti biasa.

Adalah Bayi Khaidar Ali yang menarik perhatian netizen setelah akun Twitter @asty_azaa menggambarkan kondisi bayi berusia 15 hari yang tinggal di kolong jembatan sekitar Pasar Rumput, Setiabudi, Jakarta Selatan.

Akun Twitter @asty_azaa mengunggah cuitannya pada 5 Februari 2018.

"#SaveBabyKhaidarAli Bayi Khaidar Ali terlahir dari seorang ibu yang masih sangat muda yang bekerja serabutan dan tinggal di kolong jembatan di sekitar Pasar Rumput, Jakarta," tulisnya.

TribunStyle.com melansir Kompas.com, Khaidar Ali dan orangtuanya benar tinggal di bawah jembatan, persis di atas aliran Sungai Ciliwung.

Untuk menuju ke lokasi itu bukanlah hal mudah.

Dibutuhkan tangga setinggi 2 meter melalui jalan sempit dengan bantuan pegangan besi jembatan dan tali tambang.

Keluarga bayi Khaidar Ali bertempat tinggal di blok ke-2.

Tampak ibunya yang bernama Nurjana menemani sang bayi tertidur.

Sementara itu, Mahmud, bapak sang bayi, tengah bekerja di kolong jembatan, tepat di tempat tinggal mereka yang berukuran sekitar 2 x 2 meter persegi.

Ada banyak hal yang bisa ditelisik dari keluarga ini.

Langsung aja kita kepoin fakta-faktanya!

1. Melahirkan Saat Azan Subuh

Melansir Kompas.com, Khaidar Ali lahir pada 23 Januari 2018 di salah satu bidan di kawasan Halimun, Jakarta Selatan.

Saat lahir, bertepatan dengan azan Subuh, sekitar pukul 04.20 WIB.

Berat badannya 3 kilogram dengan panjang 50 centimeter.

Mahmud bercerita, ia menggunakan gerobak untuk membawa istrinya ke bidan.

Rumah bidan yang hendak dituju terlepat di gang sempit.

Istrinya yang berusia 15 tahun sudah tak kuat berjalan.

"Pas mau lahiran ke bidannya pakai gerobak. Jadi akses masuk ke bidan itu kan gang sempit. Kita mikir dia udah enggak kuat jalan, kalau pakai bajaj kan harus jalan lagi. Jadi pinjam gerobak ke tempat bapaknya dia," kata pria asal Bogor ini.

"Alhamdulillah diberi kemudahan sama yang di Atas. Bayinya sehat," ucapnya bersyukur.

Hingga usia 15 hari, kondisi Khaidar baik-baik saja.

Namun, kata Mahmud, setiap malam kerap diserang nyamuk, mengingat mereka hidup di atas kali.

2. Utang Kepada Bidan

Mahmud yang hanya bekerja serabutan mengaku berutang Rp 300.000 kepada Bidan Purba yang telah menolong istrinya melahirkan Khaidar.

Surat lahir putranya pun belum bisa diberikan.

Menurut Mahmud, tarif melahirkan di bidan tersebut Rp 1,2 juta.

Oleh karena kurang mampu, Mahmud minta keringanan.

Dikabulkan oleh sang bidan sehingga dia hanya membayar Rp 1.000.000.

Walaupun sudah diringankan, Mahmud baru mampu membayar Rp 700.000, sehingga masih berutang Rp 300.000.

Keluarga bayi Khaidar Ali
Keluarga bayi Khaidar Ali (KOMPAS.com/Rima Wahyuningrum)

3. Kerja Keras Keluarga

Mahmud terus berusaha mendapatkan uang kekurangan biaya persalinan.

Dia keliling kompleks untuk mengumpulkan barang bekas di kompleks-kompleks dekat kawasan tempat tinggalnya.

Untuk membawa barang bekas yang ditemukannya, Mahmud hanya menggunakan karung.

Jika menggunakan gerobak, dia harus membayar sewanya sehari Rp 10.000.

"Seminggu paling banyak dapat Rp 150.000," kata Mahmud.

Pekerjaan mengumpulkan barang bekas telah dijalaninnya selama 20 tahun.

Ia mengaku tak memiliki keterampilan lainnya dan hanya pernah coba menjadi pengamen sebentar.

Sementara Nurjana tidak bekerja, sebelum menikah dengan Mahmud pada Juni 2017 ia hanya ikut membantu orang tuanya berkeliling mengumpulkan barang bekas.

4. Berjuang Memberikan Gizi Terbaik

Sejauh ini, asupan untuk bayi Khaidar masih berupa Air Susu Ibu (ASI).

Nurjana pun tidak ada kendala menyusui.

Kendati demikian, Mahmud mengakui mereka kesulitan mendapatkan makanan lantaran dilarang membuat dapur di kawasan kolong jembatan.

Hal itu membuat mereka harus membeli makanan dengan peghasilan seadanya yang kerap mengutang di warung.

"Di sini enggak bisa masak. Enggak boleh ada api karena takut besinya memuai. Jadi paling ngutang di warung nasi. Untungnya ASI dia lancar buat minum si adik," ujar Mahmud.

5. Ditemukan Yayasan Hati Indonesia

Keberadaan bayi Khaidar Ali diketahui oleh Yayasan Hati Indonesia saat berkeliling membagi-bagikan makanan di kawasan Pasar Rumput, Jakarta Selatan.

Menyaksikan kondisi bayi Khaidar, mereka membuka gerakan di media sosial dan donasi untuk membatu keluarga bayi mungil tersebut.

"Kita lagi keliling bagi-bagi makanan ke orang-orang yang butuh. Kemarin Sabtu (3/2/2018) datang ke sini ada bayi. Saya tanya, umur berapa baru seminggu. Akhirnya kami diskusi untuk cari bantuan dan kami viralkan, baru kemarin jam 10.00 pagi," ujar Hendra, Sekretaris Yayasan Hati Indonesia.

Kini, bayi Khaidar masih tinggal di bawah kolong jembatan.

Sumber: Kompas.com
Tags:
Khaidar AliJakarta
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved