Gerhana Bulan
Super Blue Blood Moon - Apakah Bahaya Melihat Gerhana Bulan dengan Mata Telanjang? Ini Penjelasanya
Apakah melihat gerhana bulan dengan mata telanjang justru membahayakan indera penglihatan?
Penulis: Burhanudin Ghafar Rahman
Editor: Delta Lidina Putri
TRIBUNSTYLE.COM - Fenomena gerhana bulan total Bulan di langit akan menunjukkan tiga fenomena sekaligus, yaitu super moon, blue moon, dan gerhana bulan yang diberi nama 'super blue blood moon' pada akhir Januari ini.
Fenomena gerhana bulan langka akan terjadi pada 31 Januari dan akan berlangsung selama 5 jam 20,2 menit, tepatnya dari pukul 17.49 WIB hingga 23.09 WIB.
Proses gerhana ini akan dapat diamati dari Indonesia secara jelas.
• Begini Jadinya Bridal Shower Angel Lelga dan Vicky Prasetyo, Kelihatan Banget Settingannya?
Masyarakat Indonesia juga bakal bisa menyaksikan fenomena langka yang terjadi karena Matahari, Bumi, dan Bulan berada dalam satu garus lurus tersebut.
Lalu, bagaimana melihat fenomena gerhana dengan mata telanjang?
Apakah berbahaya?
Tentu jawabnya tidak.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dan Kepala Bidang Informasi dan Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Ramlan mengatakan masyarakat tidak perlu resah dan khawatir, yang pasti mereka mengatakan gerhana bulan malam ini aman.
"Boleh dilihat dengan mata langsung, tidak berbahaya dilihat karena bulan tidak membahayakan mata," ujar Ramlan kepada salah satu stasiun TV nasional.
Namun, Dwikorita sebelumnya mengatakan Super Blue Blood Moon ada resiko.
erkata bahwa posisi bumi yang berada segaris dengan matahari dan bulan mengakibatkan gravitasi bulan dan matahari terintegrasi.
Akibatnya pasang air laut menjadi maksimal.
"Pasang air laut mencapai 1,5 meter, meski juga dapat terjadi air laut surut 100 sampai 110 sentimeter pada tanggal 30 Januari hingga 1 Februari 2018," kata Dwikorita di kompleks gedung BMKG, Jakarta, Senin (29/1/2018).
Perubahan muka air laut tersebut akan terjadi di sejumlah tempat.
Antara lain di Sumatera Utara, Sumatera Barat, selatan Lampung, utara Jakarta, utara Jawa Tengah, utara Jawa Timur, dan Kalimantan Barat.
"Kami minta untuk diwaspadai karena fenomena super blue blood moon dapat mengganggu transportasi akibat adanya rob atau pasang maksimum, dan juga dapat mengganggu aktivitas petani garam, perikanan darat serta kegitan bongkar muat di pelabuhan," jelas Dwikorita.
Selain itu, perkiraan cuaca BMKG mendapati adanya potensi hujan sedang hingga lebat sejak Senin (29/1/2018) hingga Sabtu (3/1/2018) di 21 Provinsi di Indonesia.
Hal ini terjadi karena selisih tekanan udara antara darata Asia dan Australia.
Tekanan udara tinggi yang ada di belahan bumi utara seperti di daratan Asia akan bergerak menuju Australia.
Hal ini menyebabkan sejumlah wilayah Indonesia terlewati aliran udara dingin yang terakumulasi di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan.
Hujan lebat juga akan disertai dengan kecepatan angin tinggi berkisar antara 25 knots (35 kilometer per jam) hinga 35 knots (70 km per jam).
• Selama 17 Jam, Ayah Mendampingi Anaknya yang Sekarat Hingga Ajal Menjemput, Kisahnya Berakhir Pilu
Peristiwa ini kemungkinan terjadi di Laut Jawa, Samudra Hindia selatan Pulau Jawa, Selat Sunda, perairan utara Jawa Tengah, perairan utara NTB hingga NTT, perairan utara Pulau Jawa.
Hujan lebat di hulu ditambah pasang air laut akan menghambat laju kecepatan genangan air hujan masuk ke laut.
Potensi genangan air hujan, rob, dan longsor menjadi hal yang perlu diwaspadai.
"Waspadai hujan disertai angin yang dapat menyebabkan pohon dan baliho tumbang. Jika hujan disertai kilat dan petir sebaiknya tidak berlindung di bawah pohon. Kewaspadaan juga perlu ditingkatkan bagi pengguna kapal ukuran kecil. Menunda penangkapan ikan secara tradisional hingga gelombang tingi mereda," pesan Dwikorita. (TribunStyle.com/ BGR)