Breaking News:

Jonghyun SHINee Tewas - Inilah Ciri Orang yang Berniat Bunuh Diri dan Cara Cegahnya!

Diketahui, Jonghyun tewas bunuh diri menggunakan briket. Briket tersebut dibakar di atas penggorengan. Lalu, dirinya mengunci diri di dalam kamar.

Penulis: Burhanudin Ghafar Rahman
Editor: Melia Istighfaroh
Instagram
Jonghyun SHINee 

TRIBUNSTYLE.COM - Personel boyband SHINee Jonghyun dikabarkan meninggal dunia di apartemennya di kawasan Cheongdam-Dong, Seoul, Korea Selatan.

Diberitakan kantor berita Korea Selatan Yonhap, tubuh Jonghyun ditemukan pada pukul 18.00, Senin (18/12), waktu Korea Selatan atau 16.00 WIB.

Melansir Koreaboo.com, kabar ini telah dikonfirmasi oleh kepolisian Gangnam.

Kesal dengan Oknum yang Manfaatkan Kematian Jonghyun untuk Hate Speech? Lapor Lewat Bilik Aduan ini!

"Kami telah mengonfirmasi Jonghyun SHINee tewas. Kami masih belum bisa menghubungi petugas yang kami kirimkan dan masih dalam investigasi jadi kami berhati-hati untuk mendiskusikan rinciannya," ungkap kepolisian Gangnam.

Diketahui, Jonghyun tewas bunuh diri menggunakan briket.

Briket tersebut dibakar di atas penggorengan.

Lalu, dirinya mengunci diri di dalam kamar.

Sepeti yang kita ketahui, Bunuh diri adalah tindakan mengambil nyawa sendir.

Melansir dari Kompas.com, data dari WHO Preventing Suicide Global Imperative Report (2014), pada 2012 ada 9105 orang bunuh diri terdiri dari 5206 wanita dan 3900 pria.

Menurut situs kesehatan Healthline, tidak ada alasan tunggal mengapa seseorang mencoba untuk menghilangkan nyawanya sendiri.

Tetapi, faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko.

Seseorang mungkin lebih mungkin berusaha bunuh diri, jika mereka memiliki gangguan kesehatan mental.

Sekitar 90 persen orang yang bunuh diri memiliki gangguan mental atau psikologis.

Beberapa literatur ilmiah menyebutkan, faktor genetik juga memiliki peran dalam kecenderungan seseorang menyakiti atau membunuh dirinya sendiri.

Namun, menurut Benny Prawira, psikolog pendiri Into the Light Indonesia, Gerakan remaja peduli kesehatan jiwa dan pencegahan bunuh diri di Indonesia mengatakan kondisi lingkungan berperan lebih banyak dalam ekspresi gen tersebut.

Akhirnya, lagi-lagi kondisi psikososial kita juga-lah yang berperan besar dalam memprediksi kemunculan perilaku bunuh diri.

Contoh, Ibu X sudah memiliki riwayat percobaan bunuh diri dan akhirnya meninggal bunuh diri di saat anaknya masih kecil.

“Asumsinya, si anak memiliki gen si ibu. Tapi, jika kondisi psikososial si anak ini sehat dan tidak memberikan tekanan yang hebat, si anak tidak akan memiliki kecenderungan bunuh diri," kata Benny

Penyebab bunuh diri tidak bisa dilihat hanya satu faktor saja, karena bersifat multikompleks.

Ada faktor biologis, psikologis dan sosial yang saling bertumpang tindih.

Faktor risiko secara psikologis yang secara umum dianggap dapat meningkatkan kemungkinan bunuh diri adalah depresi, keputusasaan, kesepian, perasaan menjadi beban, serta gangguan trauma atau penyalahgunaan zat.

Faktor risiko sosial bisa karena individu mengalami diskriminasi, marjinalisasi, dan stigmatisasi atas satu identitasnya, kesulitan finansial atas akses kesehatan jiwa, akses pelayanan kesehatan jiwa yang jauh jaraknya, dan lainnya.'

Menurut Benny, tanda orang yang berniat atau memiliki gagasan untuk bunuh diri, biasanya akan menunjukkan perubahan perilaku.

"Tadinya suka bergaul bersama kita tapi sekarang jadi murung dan menarik diri. Secara virtual, misalnya dia tiba-tiba keluar dari grup WA, foto profilnya berubah jadi hitam atau gelap, terbalik atau diganti dengan meme bernuansa depresif atau kematian," jelas Benny.

Kita sebenarnya bisa mencegah dan membantu mereka yang memiliki kecenderungan seperti ini.

Namun itu tak mudah

Untuk menghadapi situasi itu, Benny menyarankan:

"Yang pertama, sebelum dapat berempati kepada seseorang, kita harus tahan asumsi kita terlebih dahulu."

"Asumsi atau penghakiman seperti 'Kurang iman, begitu saja lemah, bodoh, putus asa', harus ditahan.”

“Cobalah menjadi pendengar bagi dia."

"Entah dia menangis atau marah-marah, kita tidak perlu bereaksi berlebihan atau memberi banyak nasihat."

"Yang dia butuhkan adalah sosok pendengar," lanjut Benny.

Selain itu, kita juga perlu melihat sejauh yang bersangkutan memikirkan kematian.

Apakah implisit seperti:

"Saya berharap tidak dilahirkan" atau "Saya mau tidur dan tidak bangun-bangun lagi?"

Sebelum Putuskan Bunuh Diri, Jonghyun SHINee Terlihat Berada di Balkon dan Menatap Langit

Atau, malah sudah eksplisit dan detail:

"Saya mau mati gantung diri. Berani tidak, ya?", atau "Dalam sebulan lagi, saya akan minum racun."

Semakin eksplisit atau jelas dan detail, artinya semakin bahaya.

Bagi yang bukan psikolog atau psikiater, batasannya adalah bersedia menjadi pendengar atau "tempat sampah" bagi keluh-kesah orang tersebut.

Proses pemulihan adalah tanggungjawab dari psikolog dan psikiater.

Karena itu, sedapat mungkin, cobalah bujuk atau rujuk orang yang kita curigai punya maksud bunuh diri, ke tenaga profesional.

Semoga dengan Jonghyun ini kita lebih peduli dengan lingkungan agar meminimalkan kejadian bunuh diri. (TribunStyle.com/ Burhanudin Ghafar Rahman)

Sumber: TribunStyle.com
Tags:
JonghyunJonghyun SHINeeSHINeeSM Entertainment
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved