Breaking News:

Lagi di Toilet, Pria Ini Dengar Sayup-sayup Suara Tangisan dari Pipa, Saat Dibuka Ternyata

Setelah memastikan tangisan itu berasal dari pipa, ia memutuskan untuk memanggil pihak berwenang.

Penulis: Yohanes Endra Kristianto
Editor: Yohanes Endra Kristianto
viral4real
Bayi ditemukan di dalam pipa 

TRIBUNSTYLE.COM - Aborsi di China adalah sesuatu yang legal atau sah.

Ada layanan pemerintah yang tersedia atas permintaan perempuan yang menginginkan aborsi.

Selain kontrasepsi, aborsi adalah cara bagi China untuk membatasi jumlah penduduknya dengan kebijakan: satu anak cukup.

Indahnya Toleransi, Ada Pohon Natal di Halaman Masjid Al-Amin Lebanon, Netter: Ya Allah Damai Banget

China merupakan negara kedua setelah India yang memiliki populasi terbesar di dunia.

Hukuman bagi mereka yang menerima atau melakukan aborsi ilegal sangat parah di China.

Namun banyak ibu muda memilih untuk menjalani aborsi ilegal karena beberapa alasan.

Karena jumlah pembunuhan bayi terbilang tinggi di China, maka banyak berita yang mengungkap kisah bayi yang diselamatkan setelah dibuang atau dibunuh oleh ibu mereka sendiri.

Sementara banyak yang meninggal, ada banyak pula yang diselamatkan oleh orang lain yang prihatin.

Ini pula yang terjadi saat seorang pria yang tak disebutkan namanya di China pergi ke toilet tempat tinggalnya.

Ia terkejut setelah mendengar tangisan lembut bayi yang datang dari pipa toilet di atasnya.

Melansir viral4real, pria itu tinggal di lantai tiga sebuah apartemen.

Pria itu menjadi sangat prihatin dan khawatir karena tangisannya tidak berhenti.

Pria ini mengecek pipa
Pria ini mengecek pipa (viral4real)

Setelah memastikan tangisan itu berasal dari pipa, ia memutuskan untuk memanggil pihak berwenang.

Tim penyelamat segera tiba di apartemennya.

Pipa akhirnya dibuka dan diangkut
Pipa akhirnya dibuka dan diangkut (viral4real)
Pipa akhirnya dibuka dan diangkut
Pipa akhirnya dibuka dan diangkut (viral4real)

Mereka dengan cepat memotong dan membuka pipa.

Dan benar saja, seperti yang dipikirkan pria itu, bayi yang baru lahir terlihat terjebak di pipa.

Dengan harapan menyelamatkan bayi yang malang itu, tim segera bergegas ke rumah sakit terdekat.

Bayi ini ditemukan di dalam pipa
Bayi ini ditemukan di dalam pipa (viral4real)

Para dokter segera melakukan perawatan medis darurat pada bayi tersebut untuk menyelamatkan hidupnya.

Beruntung anak tersebut hanya mengalami sedikit gegar otak.

Bayi itu perlahan dapat disembuhkan di rumah sakit tersebut.

Setelah diusut tuntas polisi, mereka menemukan seorang ibu berusia 22 tahun yang berhubungan dengan bayi itu.

Bayi ini ditemukan di dalam pipa
Bayi ini ditemukan di dalam pipa (viral4real)

Sang ibu mengaku bahwa dia memang sudah mendekati tanggal untuk melahirkan.

Menurut pengakuannya, ketika ia pergi ke toilet, saat itu juga sang anak tiba-tiba "meluncur keluar".

Pada awalnya wanita itu mencoba menarik kembali dan menyelamatkan bayinya dengan tongkat.

Tapi kemudian ia memutuskan untuk menyiram toilet untuk membersihkan darah.

Bayi ini berhasil diselamatkan
Bayi ini berhasil diselamatkan (viral4real)

(TribunStyle/Yohanes Endra)

Setahun Sekali Datangi Obyek Wisata, Ayah Ini Amati Keramaian, Setelah 20 Tahun Fakta Pilu Terungkap

TRIBUNSTYLE.COM - Dilahirkan dalam cerita rakyat yang romantis, Broken Bridge di Hangzhou, China merupakan objek wisata utama yang menarik puluhan juta pengunjung setiap tahunnya ke tepi Danau Barat.

Sejak 2004, seorang pria bernama Xu Lida memberanikan diri di tengah kerumunan orang untuk kembali ke jembatan setiap tahun pada hari yang sama.

Tapi dia bukan turis biasa yang hanya sekedar melihat pemandangan.

 AM Fatwa - 5 Fakta Hidup Tokoh Penentang Orde Baru, Sempat Tinggalkan Pesan Terakhir Pada Sahabat

Sesampainya di pagi hari dan menginap sampai sore hari, Lida mengamati wajah-wajah di keramaian.

Ia berharap bisa melihat wajah yang familiar, yaitu salah satu putrinya yang sudah berpisah begitu lama.

Mereka terpisah karena ada peraturan ketat di negaranya.

Selama puluhan tahun, China memberlakukan kebijakan satu anak.

Tidak main-main, bagi keluarga yang memiliki lebih dari satu anak, hukumannya denda uang yang mencekik, aborsi paksa atau disteril.

Sejak China memulai adopsi internasional di awal tahun 1990an, orang tua angkat hanya memiliki sedikit informasi tentang keluarga asal anak mereka.

Orangtua di China sering tidak meninggalkan informasi identitas dan menghilang tanpa jejak setelah melepaskan anak mereka.

Kurangnya pengetahuan tentang asal-usul anak mereka membuat banyak anak adopsi ingin mencari tahu keluarga asli mereka, terutama saat mereka bertambah tua dan bergulat dengan identitas mereka.

Tapi pencarian orang tua kelahiran di China sangat sulit dilakukan dan dengan begitu sedikit yang ditemukan sampai saat ini.

Keluarga Xu dan Pohler mengalami kompleksitas emosional ini karena mereka telah tinggal bersamanya selama 20 tahun terakhir.

Lida dan istrinya, Fenxiang mengatakan kepada BBC bahwa setelah menikah pada tahun 1992 dan sudah mempunyai putri pertama.

Mereka memutuskan untuk memiliki anak lagi sehingga anak pertama mereka tidak akan kesepian.

Tetapi dengan kehadiran saudara kandung ini akan melanggar kebijakan satu anak, sebuah tindakan yang diperkenalkan oleh pemerintah China pada tahun 1979 untuk mengendalikan pertumbuhan populasi yang melonjak.

Bila tidak mematuhi peraturan ini mengakibatkan hukuman denda uang yang mencekik, aborsi paksa atau disteril.

Ketika kehamilan Fenxiang ditemukan di bulan kelima, petugas keluarga berencana menuntut aborsi dan mengancam untuk meruntuhkan rumah mereka.

Tapi menurut Fenxiang, "Kehidupan bayi sudah terjadi, saya tidak bisa membatalkannya."

Jadi Lida dan Fenxiang memutuskan untuk melahirkan anak mereka.

Sekalipun jika itu berarti memberikan anaknya kepada orang lain.

Mereka bersembunyi di atas kapal di sungai tempat Fenxiang melahirkan anak perempuan mereka.

Tiga hari kemudian, Lida membawa bayi mereka ke pasar sayur di Hangzhou, dimana dia mencium bayi yang sedang tidur dengan lembut saat dia tahu itu sekaligus menjadi ucapan selamat tinggal.

Tapi dia tidak hanya meninggalkannya dengan ciuman, dia juga meninggalkan sebuah catatan.

Katy saat masih anak-anak
Katy saat masih anak-anak (lifenews)

Mereka berharap bisa dipertemukan kembali dengan 'harta terindahnya' yakni sang bayi ketika sudah beranjak dewasa.

Setahun kemudian, pasangan asal Michigan, Ruth dan Ken Pohler mengadopsi anak perempuan bernama Kati dari Suzhou Social Welfare Institute.

Ruth masih merasa emosional saat mengingat momen saat mereka menerima Kati.

Bersama putri mereka, Pohlers juga menerima secarik kertas tak terduga yang ditulis oleh orang tua Kati.

Catatan tersebut diakhiri dengan sebuah permohonan yang penuh gairah:

"Jika Tuhan baik pada kami dan Anda peduli terhadap kami, ayo bertemu di Broken Bridge di West Lake di Hangzhou pada pagi hari tanggal 7 Juli di 10 atau 20 tahun kemudian."

Serupa dengan Hari Valentine, tanggal 7 Juli adalah hari istimewa di China.

Itu adalah hari untuk orang yang dicintai untuk bertemu dan bersatu kembali.

Keluarga Pohler tidak banyak mengingat setiap perjalanan di keluarga mereka.

Tapi sepuluh tahun setelah mereka mengadopsi Kati, mereka menemukan seorang pembawa pesan melalui seorang teman.

Itulah yang membuat keluarga Pohler berniat datang ke jembatan pada hari yang telah ditentukan seperti yang diminta dalam catatan tersebut.

Keluarga Pohler
Keluarga Pohler (Asiaone)

Penyiar tersebut menemukan orang tua kandungnya setelah cerita tersebut menjadi berita di China dan viral.

Lida dan Fenxiang sangat senang menerima kabar tentang anak perempuan mereka.

Mereka segera mulai merencanakan sebuah reuni.

Tapi setelah sang pembawa pesan menjadi enggan untuk melanjutkan dan menghilang, koneksi mereka terputus.

Di saat keluarga asli Kati senang mendapatkan kabar itu, keluarga Pohler justru dilema.

Ken kaget dan Ruth khawatir saat mereka bergulat untuk pertama kalinya dengan realitas akan berbagi anak perempuan mereka dengan orang lain.

Kati bertemu dengan orangtua kandungnya
Kati bertemu dengan orangtua kandungnya (Asiaone)

"Ketakutan saya adalah kemungkinan saya bisa kehilangan anak perempuan saya. Saya terikat, dia adalah anak perempuan saya, kami telah mengadopsinya," kata Ruth.

Setelah berpikir panjang lebar, mereka memutuskan untuk menunggu kesiapan anaknya agar bisa berbagi informasi dengan Kati.

Di sisi lain, Lida dan Fenxiang terus melakukan perjalanan tahunan mereka ke jembatan itu setiap tanggal 7 Juli.

Mengetahui bahwa mereka terhubung dengan putri mereka yang masih hidup dan sehat di Amerika Serikat memberi mereka harapan setiap tahun bahwa ini akan menjadi tahun mereka akan dipertemukan kembali.

Tapi dalam jangka waktu itu pula mereka datang ke jembatan itu untuk dikecewakan lagi.

Lida dan Fenxiang hanya bisa menunggu.

Mereka takut anak perempuan mereka menyimpan dendam atau mereka merasa dihukum oleh Tuhan, yang mereka rasa pantas mereka dapatkan.

Pohlers memutuskan untuk menunggu Kati mengungkapkan keinginan untuk mengetahui lebih banyak tentang keluarga kelahirannya sebelum membagikan apa yang mereka ketahui.

Mereka berjuang dengan pengetahuan mereka seiring berlalunya waktu sampai Kati akhirnya mengajukan pertanyaan yang tepat saat berusia 20 tahun.

Kati bertemu dengan orangtua kandungnya
Kati bertemu dengan orangtua kandungnya (Asiaone)

Setelah orang tua angkatnya menceritakan apa yang mereka ketahui, Kati mempertanyakan mengapa mereka menunggu begitu lama untuk memberitahunya.

Ken dan Ruth mengatakan kepada BBC bahwa mereka menyesal, meskipun mereka merasa membuat keputusan terbaik saat itu.

Rahasia dan penyesalan telah membuat hubungan Kati dengan orangtuanya.

Kati memutuskan untuk pergi ke jembatan di China untuk menemui orang tua kandungnya pada hari yang telah ditentukan.

Ken dan Ruth menawarkan diri untuk pergi bersamanya ke China, tapi Kati menolak.

Kati pergi ke jembatan di Hangzhou untuk bertemu dengan orang tua lain yang menunggunya di rumah yang ditinggalkan sejak lama, memulai sebuah lembaran baru dari ceritanya.

(TribunStyle/Yohanes Endra)

Sumber: TribunStyle.com
Tags:
China
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved