Sempat Ditolak di Bali Lantaran Dianggap Anti NKRI, Berikut 15 Klarifikasi dari Ustaz Abdul Somad
Hadi menilai massa termakan kabar bohong lantaran menyebut Ustaz Abdul Somad tak pro kepada NKRI.
Penulis: Irsan Yamananda
Editor: Diah Ana Pratiwi
TRIBUNSTYLE.COM - Beberapa hari terakhir ini, warganet dihebohkan dengan kabar yang menyeret nama Ustaz Abdul Somad.
Dai kelahiran Pekanbaru, Riau tersebut sempat menjadi perbincangan setelah menghina fisik presenter Rina Nose pasca dirinya melepas hijab.
Kini, sang ustaz kembali menjadi perhatian.
Pada umat (8/12/2017) kemarin, hotel tempat menginap Ustaz Somad di Denpasar, Bali, didatangi oleh sekelompok masyarakat.
• Ustaz Abdul Somad Buka-bukaan Soal Tarif Ceramahnya, Berani Ngundang?
Mereka sempat menolak dai yang kondang di media sosial YouTube tersebut untuk berceramah di sana.
Menurut Kapolresta Denpasar, Komisaris Besar Hadi Purnomo, apa yang terjadi di Bali saat ini sesungguhnya hanyalah karena tidak terjalinnya komunikasi yang baik massa dengan Ustaz Abdul Somad.
"Itu miss komunikasi saja. Tadi kita sudah cairkan dan clear semua," ujar Hadi di Hotel Aston Denpasar, Jumat 8 Desember 2017.
Hadi mengatakan, massa terprovokasi informasi yang berkembang di media sosial mengenai sepak terjang Ustaz Abdul Somad.
"Tadi ustaz juga berjanji akan memberi ceramah yang menyejukkan mengenai keberagaman dan perbedaan," ujarnya.

Hadi menilai massa termakan kabar bohong lantaran menyebut Ustaz Abdul Somad tak pro kepada NKRI.
Setelah negosiasi yang alot, akhirnya Ustaz Abdul Somad diizinkan untuk menyampaikan ceramahnya setelah dai itu mau menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
Meski berada di bawah tekanan massa, terlihat Ustaz Abdul Somad begitu khidmat menyanyikan lagu kebangsaan itu.
Usai menyanyikan lagu Indonesia Raya, Ustadz Abdul Somad memekikkan kalimat, 'NKRI harga mati'.
Hadi meminta kepada semua pihak untuk tetap tenang menyikapi persoalan ini.
• Dikabarkan Sebut Ustaz Abdul Somad Hidup Cuma Modal Amplop, Rina Nose Marah dan Tulis Begini!
"Ini isunya menjurus SARA. Semua harus menyikapinya dengan tenang," ujarnya.
"Tadi buktinya beliau ikut menyanyikan lagu Indonesia Raya. Saya yakin beliau NKRI seratus persen," katanya.
Lalu, bagaimana sebenarnya hal ini bisa terjadi?
Berikut ini klarifikasi dan kronologi lengkap versi Ustaz Abdul Somad yang Tribunstyle lansir dari Tribun Timur.
1. Kamis, 7 Desember 2017
Saya mendapat berita di group WA bahwa KRB (Komponen Rakyat Bali) menetapkan syarat bahwa saya diterima di Bali jika mau berikrar di Rumah Kebangsaan.
Saya menolak karena:
A. Saya bukan pemberontak.
B. Saya tidak terdaftar di Ormas terlarang.
C. Saya mendapat beasiswa Mesir-Indonesia tahun 1998 setelah lulus Pancasila dan P4.
Saya lulus tes PNS 2008 karena bukan anti Pancasila.
Sampai sekarang mengajarkan cinta kebangsaan dari kampus sampai desa terpencil (gambar terlampir).
2. Kamis, jam: 22.15
Saya WA Ketua Panitia:
“Pak, kalau mereka tetap meminta saya ikrar kebangsaan. Saya tidak hadir.”
Pak Ketua Panitia menjawab:
“Kita masih dialog dengan Polda.”
3. Jumat, 8 Desember 2017
Jam: 00.15 saya WA ketua Panitia:
“Bagaimana pak, sudah ada keputusan?”
Jam 04:17
WA Ketua Panitia masuk:
“Kami koordinasikan ke berbagai pihak, tafadhdhol ustadz untuk berangkat…”.
Saya fahami dari WA ini bahwa masalah Clear.
4. Jumat, 8 Desember 2017 jam: 13.00
Kami sudah menunggu pak Nadlah di airport Denpasar Bali. Kami dibawa ke hotel Aston, makan dan istirahat.
5. Jumat, 8 Desember 2017 jam 16:00
Saya dibangunkan. Saya curiga akan disidang. Saya minta tim beli tiket, “Kita pulang, karena ini di luar kesepakatan. Kelihatannya kita dijebak.”
Saya dibawa ke salah satu ruang di hotel Aston. Di sana sudah menunggu sekitar 10-15 orang.
Mereka meminta saya berikrar.
Saya klarifikasi bahwa semua yang dituduhkan ke diri saya adalah fitnah.
Karena saya menolak berikrar mereka melontarkan kata-kata tidak layak:
“Ngeles!” “Seperti PKI”, “Panitia mendatangkan ustadz otak SD”, “Pulangkan saja!”, dll.
Saya memilih pulang.
Saya kembali ke kamar hotel untuk siap-siap pulang ke airport.
6. Jum’at, 8 Desember 2017 sekitar pukul 17:00
Ketua PWNU Bali yang dari awal mendampingi menangis memikirkan apa yang akan terjadi kalau saya pulang.
Dari pihak Aston menyampaikan bahwa situasi tidak terkendali, hotel tidak bertanggung jawab jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Seorang bapak polisi masuk menyampaikan ada jalan belakang hotel menuju mobil jika ingin meninggalkan hotel karena pintu depan tidak terkendali.
Kapolres dan Dandim masuk. Meminta agar mempertimbangkan, selamatkan ummat. Di masjid An-Nur ada 5000an jamaah yang siap datang ke Aston.
Di Aston memanas. Suasana mencekam.
7. Jum’at, 8 Desember 2017, sekitar pukul 18:00
Bismillah. Saya dan semua yang ada di kamar menuju ruangan mediasi awal.
Pak Kapolres memberikan sambutan singkat.
Gus Yadi membawa bendera, dicium semua yang ada di ruangan.
Keluar ruangan menuju loby hotel. Pengunjuk rasa bergemuruh.
Pengawalan ketat. Pengunjuk rasa tetap berteriak:
“Nyanyikan dari hati. Jangan di mulut saja!” Menyanyikan Indonesia Raya.
Saat bersalaman mereka menarik dan mencengkeram kuat tangan saya. Usai, kembali ke kamar.
8. Jum’at, 8 Desember 2017 selepas Isya
Menuju masjid An-Nur. Ceramah 100 menit, jamaah antusias. Kembali ke hotel.
TvOne minta livecall jam 22.00 WIB.
Saya sampaikan untuk menenangkan Netizen yang heboh:
“Saya dalam keadaan aman. Sudah tabligh akbar. Sudah di hotel”.
9. Sabtu, 9 Desember 2017
Kajian shubuh di masjid Baiturrahmah berjalan lancar. Sehari penuh istirahat dan menyambut tamu-tamu dan jamaah di hotel.
Menjelang maghrib hadir PWNU, Muhammadiyah, MUI Bali, GNPF dll.
Ba’da Isya ke Masjid Baiturrahmah Tabligh Akbar terakhir.
10. Ahad, 10 Desember 2017
Selepas shalat shubuh menuju airport didampingi MUI, GNPF dan kepolisian menuju airport.
11. Mereka masih memunculkan berita-berita di Medsos bahwa saya menolak ikrar karena benar anti NKRI
12. Jamaah tersakiti karena mereka menuduh saya tidak berani pulang karena sudah termakan honor
Saya sampaikan ini fitnah. Semua honor di Bali sudah saya kembalikan ke Ketua Panitia.
Kami orang Riau walau tidak kaya masih tumbuh sebatang dua batang pokok sawit yang menghantarkan kami ke Cairo tahun 1998 saat $1 Dolar Rp.20.000.- karena ongkos dibebankan ke siswa.
13. Harap diambil tindakan hukum terhadap mereka yang sudah merusak kebinekaan yang terjaga di Bali selama ini
Hadirnya Raja Bali DR. Ida Cokorde Pemecutan XI dan beberapa tokoh Hindu pada Tabligh Akbar tadi malam membuktikan bahwa para provokator ini tidak mewakili rakyat Bali.
14. Agar muslim Bali membentuk Aliansi Muslim Bali untuk menjaga interen dan eksteren tetap menjaga kerukunan dengan saudara Hindu Bali untuk mengantisipasi para provokator yang dapat merusak kerukunan di masa akan datang.
15. NKRI Harga Mati
(Tribunstyle/ Irsan Yamananda)