Mengenal Gejala dan Pencegahan Difteri, Penyakit yang Sedang Menyebar di Beberapa Wilayah Indonesia!
Untuk Kota Depok dan Kota Bekasi masing-masing memiliki 12 kasus Difteri, bagaimana gejala dan cara pencegahannya?
Penulis: Irsan Yamananda
Editor: Delta Lidina Putri
TRIBUNSTYLE.COM - Beberapa hari terakhir, wabah Difteri mulai menyerang anak-anak dan orang dewasa di berbagai wilayah Indonesia.
Tribunstyle melansir dari Tribunnews.com, sejak November 2017, infeksi Difteri melanda di daerah Jawa Barat yang mencapai 116 kasus dengan 13 orang diantaranya meninggal dunia karena penyakit ini.
Kementarian Kesehatan akhirnya menetapkan kasus ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Kepala Seksi Surveilan dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Jawa Barat, dr Yus Ruseno mengatakan bahwa penyebaran wabah Difteri di Jawa Barat sudah menerpa 18 kota dan kabupaten.
• Detik-Detik Stuntman Demian Jatuh, Tangannya Melambai dari Peti?
Wilayah yang paling tinggi terkena penyakit Difteri adalah Purwakarta.
Di daerah tersebut sudah tercatat 21 kasus selama 2017 dengan satu kasus kematian.
Sementara di Kabupaten Karawang, terdapat 13 kasus Difteri.
Untuk Kota Depok dan Kota Bekasi masing-masing memiliki 12 kasus Difteri.
Sementara Garut 11 kasus dan Kota Bandung 7 kasus.
Lalu, apa sih yang dimaksud penyakit Difteri?
Melansir dari alodokter.com, Difteri adalah infeksi bakteri yang umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta terkadang dapat memengaruhi kulit.
Penyakit ini sangat menular dan termasuk infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa.
Penyebab Difteri
Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae.
Penyebaran bakteri ini dapat terjadi dengan mudah, terutama bagi orang yang tidak mendapatkan vaksin Difteri.
Ada tiga cara penularan dari wabah penyakit ini.
Pertama adalah lewat percikan ludah penderita saat bersin atau batuk.
Saat percikan tersebut menyebar diudara dan terhirup seseorang, orang tersebut bisa terkena Difteri si poenderita.
Cara pertama ini adalah cara yang paling umum.
Kedua adalah lewat barang-barang yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, seperti mainan atau handuk.
Terakhir adalah lewat sentuhan langsung pada luka borok (ulkus) akibat Difteri di kulit penderita.
Penularan ini umumnya terjadi pada penderita yang tinggal di lingkungan padat penduduk dan kebersihan yang kurang terjaga.
Gejala Difteri

Difteri umumnya memiliki masa inkubasi atau rentang waktu sejak bakteri masuk ke tubuh sampai gejala muncul 2 hingga 5 hari.
• Bukan Akting, Sara Wijayanto Histeris Karena Tahu Saat Peti Jatuh, Stuntman Masih Berada Didalamnya?
Melansir dari Dinkes Pidle, berikut gejala-gejala penyakit Difteri:
Suara serak.
Tenggorokan terasa sakit.
Nyeri saat menelan.
Kesulitan saat bernapas.
Kelenjar getah bening di leher membesar atau bengkak.
Tenggorokan dan amandel tertutup membran berwarna abu-abu.
Demam dan menggigil.
Difteri juga terkadang dapat menyerang kulit dan menyebabkan luka seperti borok (ulkus).
Ulkus tersebut akan sembuh dalam beberapa bulan, tapi biasanya akan meninggalkan bekas pada kulit.
Segera periksakan diri ke dokter jika kamu atau anakmu menunjukkan gejala-gejala di atas.
Penyakit ini harus diobati secepatnya untuk mencegah komplikasi.
Pencegahan Difteri dengan Vaksinasi
Langkah pencegahan paling efektif untuk penyakit ini adalah dengan vaksin.
Pencegahan Difteri tergabung dalam vaksin DTP

Vaksin ini meliputi Difteri, tetanus, dan pertusis atau batuk rejan.
Vaksin DTP termasuk dalam imunisasi wajib bagi anak-anak di Indonesia.
Pemberian vaksin ini dilakukan 5 kali pada saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, satu setengah tahun, dan lima tahun.
Selanjutnya dapat diberikan booster dengan vaksin sejenis (Tdap/Td) pada usia 10 tahun dan 18 tahun.
Vaksin Td dapat diulangi setiap 10 tahun untuk memberikan perlindungan yang optimal.
Apabila imunisasi DTP terlambat diberikan, imunisasi kejaran yang diberikan tidak akan mengulang dari awal.
Bagi anak di bawah usia 7 tahun yang belum melakukan imunisasi DTP atau melakukan imunisasi yang tidak lengkap, masih dapat diberikan imunisasi kejaran dengan jadwal sesuai anjuran dokter anak Anda.
Namun bagi mereka yang sudah berusia 7 tahun dan belum lengkap melakukan vaksin DTP, terdapat vaksin sejenis yang bernama Tdap untuk diberikan.
Perlindungan tersebut umumnya dapat melindungi anak terhadap Difteri seumur hidup. (Tribunstyle/ Irsan Yamananda)