Gubernur Baru Jakarta
Anies Baswedan Pantau Banjir Lewat Jakarta Smart City, Staff Ahok ini Beberkan Fakta Mengejutkan!
Anies melakukan pantauan melalui beberapa CCTV dan laporan yang masuk melalui Qlue di kantor Jakarta Smart City.
Penulis: Tisa Ajeng Misudanar Azryatiti
Editor: Amirul Muttaqin
TRIBUNSTYLE.COM - Anies Baswedan terlihat mengunggah foto ke Instagram-nya, saat dirinya memantau banjir dari Jakarta Smart City, staff Ahok pun membeberkan fakta mengejutkan!
Belum ada seminggu menjabat sebagai Gubernur Jakarta, Anies Baswedan sudah diuji dengan banjir ibu kota.
• Baru 3 Hari Dilantik, Nikita Mirzani Mulai Gatal Kritisi Kepimpinan Anies Baswedan & Sandiaga Uno
Melansir dari sebuah media online, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memantau titik yang dilanda banjir di Jakarta melalui Jakarta Smart City.
Anies ingin memastikan dampak hujan deras di Jakarta.
Anies melakukan pantauan melalui beberapa CCTV dan laporan yang masuk melalui Qlue di kantor Jakarta Smart City, Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat sekitar pukul 18.40 WIB.
Kegiatan Anies ini tentunya tak luput dari sorot kamera.
Ia bahkan mengunggah foto kegiatannya memantau banjir lewat Jakarta Smart City melalui akun Instagram-nya.
"Memantau kondisi Jakarta petang ini yang sedang hujan lebat. Ada beberapa laporan genangan dan pohon roboh di area Jakarta Selatan, dan sedang dalam penanganan oleh aparat Pemprov DKI Jakarta. Harap berhati-hati di jalan, Teman-teman," tulis caption-nya.
Melihat hal ini, salah satu staff Ahok, saat Ahok masih menjadi Gubernur DKI Jakarta pun mengungkap fakta mengejutkan tentang kinerja pemilik nama Basuki Tjahaja Purnama itu dikala banjir melanda Jakarta.
Ingat dong dengan curhatan staff Ahok yang sempat viral beberapa waktu lalu.
Ismail Al Anshori, salah satu staff kerja Ahok kembali membeberkan fakta tentang hari-hari Ahok sebagai Gubernur Jakarta.
"19 bln kerja brg Ahok, gw ga pernah lihat dia berpose foto di ruangan ini. Kl banjir, Ahok sibuk d grup whatsapp penjaga pintu air & lurah," kicaunya melalui Twitter @thedufresne.
Kicauan tersebut jadi viral hingga di-retweet lebih dari 1000 retweets.
"Ruangan ini sdh siap Jan ‘16. Tp Ahok blg: “gw ga mau pake kalo isinya cuma layar gede ga ada fungsinya.” Akhirnya baru diresmikan Juni ‘16," tambahnya.
"Btw, Ahok itu sangat responsif pas whatsappan. Kalo lg ga ada meeting, dia bales WA dlm wkt 5-10 menit. Gw sering diskusi kebijakan via WA"
Tentunya netter menanggapi kicauan tersebut dengan beragam komentar.
Well, bagaimana menurut kalian guys? (TribunStyle.com/Tisa Ajeng)
Ini Surat Terbuka untuk Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, Adem Tapi Jleb Banget!
Pidato Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022, Anies Rasyid Baswedan mendadak jadi perbincangan publik.
Pidato Anies usai serah terima jabatan di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (16/10/2017) dinilai rasis.
Netizen mengkritik Anies soal penggunaan kata 'pribumi ditindas'.
• Heboh Pidato Pribumi Anies Baswedan - Fakta Sejarah Ini Menjawab Siapa Pribumi Sebenarnya?
Pidato Anies yang berlangsung sekitar 22 menit itu terdapat kalimat yang dinilai netizen rasis dan tidak relevan oleh netizen.
Kata itu terdapat pada kalimat berikut ini.
"Dulu kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan"
Kata itu dinilai netizen sebagai sentimen negatif kepada non-pribumi.
Pada kesempatan yang sama, Anies juga kembali mengingatkan agar warga Jakarta bisa menjadi tuan rumah di kotanya sendiri.
Rupanya isi pidato tersebut banyak diperdebatankan netizen.
Tidak sedikit malah yang meminta Anies mengoreksi isi pidatonya agar tidak menimbulkan perdebatan di masyarakat.
Seorang netizen bahkan sampai membuat surat terbuka untuk mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.
Penulis surat terbuka itu yakni pemilik akun Facebook Petrus Wijayanto / RT Wijayantodipuro.
Surat terbuka itu ditulis dengan rapi dan dibagikan melalui media sosia, Selasa (17/10/2017).
Surat tersebut langsung ditunjukan kepada Gubernur DKI Jakarta, Bapak Anies Rasyid Baswedan.
Berikut ini surat terbuka yang ditulis Petrus.
• Ditanya Penutupan Alexis dan Reklamasi - Anies Baswedan Menjawab Diplomatis Seperti Ini
"Surat Terbuka
Kepada
Yth. Gubernur DKI Jakarta
Bapak Anies Rasyid Baswedan, Ph.D.
di tempat.
Dengan hormat,
Saya baru saja membaca berita di d*tik.com yang dimuat pada hari Senin, 16 Oktober 2017 pukul 20:15 WIB, berjudul: “Anies: Kini Saatnya Pribumi Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri”.
Jika tulisan tersebut benar dalam memberitakan pernyataan/pidato Bapak, bukankah soal pribumi -non pribumi itu adalah isu kuno di jaman penjajahan Belanda, ketika penguasa/penjajah saat itu memberi perlakuan berbeda kepada penduduk asli dan keturunan. Ingat, Ir. Soekarno -- Proklamator Kemerdekaan Indonesia -- sudah pernah menulis, “Bukannja djenis (ras), bukannja bahasa, bukannja agama, bukannja persamaan butuh, bukannja pula batas-batas negeri jang menjadikan “bangsa” itu. (Di Bawah Bendera Revolusi, 1964:3). Bangsa Indonesia adalah satu, dan itu sudah jelas tertuang dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Saya bertanya kepada Bapak, “Apakah setelah merdeka lebih dari 70 tahun, masih relevan membicarakan tentang pribumi - non pribumi di negara dan bangsa Indonesia?
Silakan Bapak baca Undang-Undang nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, apakah di sana masih ada penggolongan pribumi - non pribumi? Jadi, saya bertanya lagi kepada Bapak, “Apakah masih relevan membicarakan isu pribumi - non pribumi di Indonesia saat ini?”
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) -- cetakan yang saya miliki terbitan Balai Pustaka tahun 1990 ---, pribumi berarti penduduk asli (warga negara penduduk asli suatu negara). Jika pengertian pribumi adalah mengacu pada definisi di KBBI tersebut, lantas apakah dalam konteks DKI Jakarta, yang Bapak maksud pribumi adalah warga asli DKI Jakarta? Jika demikian, tolong diperhatikan, ada berapa banyak orang yang sekarang tinggal di DKI Jakarta, yang bukan asli dari DKI Jakarta; kalau tidak ada data pasti, sebagai gambaran kasar bisa dilihat ketika hari Lebaran tiba, berapa banyak yang bepergian ke luar dari DKI Jakarta untuk mudik di kampung halaman asalnya. Tentu ini hanya gambaran kasar, karena yang bepergian bisa jadi juga orang yang asli berasal dari DKI Jakarta, demikian juga yang tidak asli dari DKI Jakarta juga ada yang tetap tinggal di rumah. Jika Bapak masih suka membahas pribumi - non pribumi, ini pertanyaan saya lagi, “Dalam konteks sebagai Gubernur DKI Jakarta, sebenarnya siapa yang Bapak maksud dengan pribumi, dan siapa yang non pribumi?”
• Pidato Soal Pribumi Banjir Kritikan Warganet, Begini Penjelasan Anies Baswedan!
Kemudian, terakhir, jika benar yang diberitakan di detik.com itu adalah pernyataan Bapak (“Di Jakarta, bagi orang Jakarta, yang namanya kolonialisme itu di depan mata,"), saya mohon, tolong jelaskan secara detail, apa yang Bapak maksud dengan “kolonialisme” itu, agar para pembaca mengerti apa yang sesungguhnya ingin Bapak perjuangkan sebagai Gubernur baru.
Saya memang bukan warga DKI Jakarta, tetapi sebagai bagian dari bangsa Indonesia, saya pikir hal-hal di atas perlu dipertanyakan.
Terima kasih atas perhatian dan jawaban Bapak.
16 Oktober 2017
Salam hormat saya,
Petrus Wijayanto
alias Raden Tumenggung Wijayantodipuro
Tinggal di Salatiga.
nb. jangan lupa baca Instruksi Presiden Nomor 26 Tahun 1998 Tentang
MENGHENTIKAN PENGGUNAAN ISTILAH PRIBUMI DAN NON PRIBUMI DALAM SEMUA PERUMUSAN DAN PENYELENGGARAAN KEBIJAKAN, PERENCANAAN PROGRAM, ATAUPUN PELAKSANAAN KEGIATAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN"
Surat terbuka Petrus ini kemudian memancing komentar netizen.
Sebagain netizen juga menuntut penjelasan dan klarifikasi tuntas pidato Anies tersebut.
Yuliana Berengga Kogoya: "Keren pak"
Meicky Shoreamanis Panggabean: "Bagus tulisannya.Tag ke Anies."
Rini de Fretes: "Menanti jawaban Pak Gubernur."
Slamet: "Widodo Istilah PRIBUMI itu mengingatkan saya juga pada tragedy 98 lalu, dimana banyak warga yg karena saking kwatir terhadap keselematan diri, keluarga dan usahanya lalu menuliskan kata PRIBUMI itu besar2 agar terhindar dari amukan dan penjarahan massa saat itu.
Pidato yang disampaikan Anis B itu memang terdengar RASIS dan mau tak mau mengganngu pikiran (waras) sebagain warganegara meskipun mereka juga bukan warga asli DKI, namun ibukota serasa sdh menjadi milij seluruh warganegara ini.
Jika ibukota saja sudah dikuasai sara dan pemimpin yg baru dilantik pidatonya rasis bgtu maka tidak salah jika hal itu pun membuat saya sendiri khawatir terlebih jelang pilpres ini nanti.
Saya cuma berharap Anis B mau meralat ucapan pidatonya tadi atau mau mengklarifikasinya lagi." (Tribunstyle.com/Verlandy Donny Fermansah)