Breaking News:

Ternyata Ini Isi Benjolan Louhan, Ikan Hias yang Harganya Setara Mobil Baru

Konon, ikan louhan kamfa atau golden flower termahal mencapai Rp 200 juta, setara mobil baru.

Penulis: Suut Amdani
Editor: Suut Amdani

TRIBUNSTYLE.COM - Ikan louhan sempat booming pada era milenium.

Tepatnya, tahun 2002 sampai 2003, ikan louhan mendadak menjadi idola.

Ikan ini digandrungi banyak orang, dewasa maupun remaja.

Harganya puluhan juta rupiah.

Sabun di Kamar Mandi Keluarkan Aroma Mengerikan! Setelah Diteliti, Ternyata Benda Itu Bukan Sabun!

Konon, ikan louhan kamfa atau golden flower termahal mencapai Rp 200 juta, setara mobil baru.

Entah mengapa, tahun 2003 pamor ikan jeong ini meredup.

Meskipun namanya telah meredup ikan louhan tetap menjadi pujaan.

Sebagian orang beranggapan ikan ini bisa membawa hoki.

Pernahkah kamu melihat apa sebenarnya isi dari benjolan ikan louhan?

Seorang netizen asal Malaysia ini punya jawabanya.

Netizen ini mencoba membedah kepala iklan louhan.

Benjolan ikan louhan.
Benjolan ikan louhan. (Facebook)

Tidak hanya itu, netizen ini juga mencicipi daging ikan louhan.

Rasanya, lezat, laiknya ikan pada umumnya.

Hingga berita ini diturunkan, video ini sudah dilihat lebih dari 4 juta kali oleh netizen. (TribunStyle.com/Suut Amdani)

Penyuka Ikan Hias? Akuarium Mulai Ketinggalan Zaman, Paludarium Mulai Trending

 “Apa itu paludarium?” para pedagang di pusat penjualan ikan hias di Jalan Sumenep, Jakarta Pusat balik bertanya saat ditanyai lokasi penjual paludarium. Mereka hanya mengenal akuarium.

Padahal, akuarium dan paludariuam masih bagian dari vivarium (wadah tertutup dan transparan untuk memelihara hewan), selain insectarium dan terrarium. Akuarium untuk habitat air saja, terrarium untuk habitat darat saja, insectarium untuk habitat serangga dan paludarium gabungan habitat darat dan air, kadang juga udara.

Umumnya palud, sebutan untuk paludarium, dibuat semata untuk estetika, seperti untuk hiasan di rumah.

Namun, ada juga yang menggunakannya untuk penelitian atau untuk mempercepat reproduksi hewan atau mendorong pertumbuhan tanaman di akuarium.

Dikarenakan mampu menggabungkan habitat darat, air dan udara, maka jenis flora dan fauna yang dipelihara semakin banyak, mulai dari amfibi, reptil, ikan, hingga serangga dan burung. Akibatnya jenis ekosistem yang dapat dibuat pun beragam.

Contoh-contoh tema ekosistem yang dibuat adalah hutan hujan tropis, pinggiran sungai, rawa, bahkan pantai. “Untuk tema-tema itu, kita hanya mendekati, tidak dapat sama persis, karena banyak sekali detailnya,” Ariawan menjelaskan.

Jika ingin mendekati ekosistem aslinya, ukuran paludarium sangat berpengaruh, walau sebenarnya paludarium tidak memiliki standar ukuran. Sampai saat ini Montreal Biodome di Kanada yang mencakup lima ekosistem, 4.000 fauna, dan 1.500 flora masih menjadi paludarium terbesar di dunia.

Menurut Ariawan, “Kesulitan dalam membuat paludarium itu tergantung tema yang akan dibuat.” Misalnya saat membuat miniatur ekosistem pantai. Bila tujuannya mendekati ekosistem asli, maka air yang digunakan harus air laut, agar ikan laut yang dipelihara dapat hidup.

Masalahnya, tidak seperti air tawar yang hanya terdiri dari sedikit komponen, air laut memiliki banyak komponen yang harus dijaga (seperti pH, KH dan CO2). Masing-masing komponen saling mempengaruhi.

Pilihan tanaman juga jadi jaug lebih sedikit karena, kandungan garam yang tinggi pada air laut membuat tanaman sulit tumbuh.

Untuk itu, “Konsep paludarium tidak harus baku dengan tema (baca: ekosistem) tertentu, kadang-kadang bisa dimodifikasi,” ujar Ariawan yang menyelesaikan pendidikan di Fakultas Biologi, Universitas Nasional. (Ade Sulaeman/ Intisari Online)

Kombinasi Antara Estetika dan Fungsi Pajangan Ikan Hias

Paludarium
Paludarium

Susah-susah gampang membuat paludarium. Tidak hanya harus indah, ekosistem buatan yang dibentuk juga harus dipastikan kelangsungan hidupnya.

Memahami konsep rantai makanan juga menjadi faktor penting lainnya dalam membuat palud. Misalnya saat memilih tema hutan hujan atau tepi sungai. Bila merujuk ekosistem aslinya, maka selain ikan, hewan lain yang dipelihara adalah amfibi dan reptil.

Nah, reptil itu terkadang memangsa ikan. Kita harus memberi tempat untuk bersembunyi bagi ikan yang akan dimangsa atau dengan memberi pemangsanya makanan yang mencukupi. “Tapi itu tidak menjamin,” ujar Ariawan, seorang pembuat paludarium.

Bagian penting lainnya adalah memilih tanaman, baik yang hidup maupun yang mati. Untuk tanaman hidup, pemilihan menjadi terbatas pada tanaman yang hanya membutuhkan “cahaya matahari” dalam intensitas rendah.

Maklum, cahaya tidak berasal dari cahaya matahari asli, melainkan dari lampu. Intensitas cahaya yang dikeluarkan lampu tidak dapat menyamai intensitas cahaya matahari.

Tumbuhan epifit, seperti anggrek dapat menjadi pilihan karena memang terbiasa menumpang di bawah pohon besar. Sinar matahari buatan ini berguna untuk sarana fotosistesis tanaman.

Untuk tanaman mati, pilihan tidak bisa sembarangan dikarenakan fungsinya yang kompleks. Selain berfungsi untuk menambah keindahan paludarium, tanaman mati berguna untuk sarana tumbuh tanaman epifit dan berbagai aktivitas hewan, mulai dari makan, tinggal, tumbuh, bersembunyi dari pemangsa bahkan juga dapat menjadi tempat untuk bertelur. Khusus untuk reptil dan amfibi, keberadaan kayu-kayu tersebut dapat berfungsi sebagai “pijakan” untuk naik ke darat.

Maka dari itu, batang atau akar dari pohon tua yang sudah mati menjadi pilihan utama. Selain lebih mampu menjadi tempat tanaman epifit tumbuh, pohon tua yang mati juga sudah tidak tumbuh sehingga tidak lagi mengandung getah atau mineral yang dapat meracuni ikan dan membuat air mudah keruh.

Nah, menurut Ariawan, “Disinilah seni harus disesuaikan dengan ekosistemnya. Estetika bertemu dengan fungsi lingkungan.”

Oleh karenanya, meski ada fiber yang dapat menggantikan kayu-kayu tersebut, bahkan lebih mudah untuk dibentuk sesuai keinginan, ukiran dan fungsi alami dari kayu-kayu asli tidak bisa tergantikan.

Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi adalah air dan tata letak. Sistem filtrasi sangat berperan penting untuk menjaga kualitas air untuk itu pemilihan dan pemasangan sistem filtrasi tidak hanya harus baik, tapi juga sederhana. “Apabila sistem filtrasi rumit, maka campur tangan kita terlalu banyak, termasuk dalam proses membersihkan,” Ariawan menambahkan.

Sebenarnya, kalaupun sistem filtrasi tidak berjalan baik, secara alami lumut yang berfungsi menyerap zat-zat berbahaya seperti amoniak, nitrit dan nitrat, akan tumbuh. Tapi, keindahan paludarium tidak akan bisa dinikmati.

Tata letak akan menentukan keindahan paludarium serta kelangsungan hidup hewan (seperti ketersediaan tempat untuk bersembunyi dari pemangsa atau untuk bertelur).

Jangan lupa membuat air mancur, sungai ataupun efek kabut saat mendesain paludarium. Ketiganya tidak hanya membuat paludarium terasa lebih alami dan lebih indah, tapi juga membantu menjaga kelembaban udara. Teknologi juga dapat digabungkan dengan estetika. (Ade Sulaeman/ Intisari Online)

Sumber: TribunStyle.com
Tags:
MalaysiaFacebookTribunStyle.com
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved