Pasien Anoreksia Beberkan Cerita Mencengangkan tentang Kondisi Tubuhnya; ‘Kelaparan Membuatku Aman’
Stephanie menghabiskan waktunya bertahun-tahun keluar masuk rumah sakit dan pusat perawatan, merasa seolah-olah ia telah melakukan lebih baik,
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNSTYLE.COM - Selama 15 tahun lamanya, Stephanie Rodas menderita anoreksia.
Saat ini, wanita asal New York ini telah berusia 28 tahun.
Stephanie menghabiskan waktunya bertahun-tahun keluar masuk rumah sakit dan pusat perawatan, merasa seolah-olah ia telah melakukan lebih baik, hanya untuk kambuh.

Melansir Daily Mail, penyakitnya menjadi makin buruk, ketika sedang dalam perawatan, Stephanie hanya makan secukupnya agar bisa dikeluarkan dari rumah sakit, dan mulai kelaparan lagi di rumah.
Saat ini, Stephanie memilih untuk buka suara tentang kondisinya, sehingga orang bisa mengenali gejalanya, dan ia mendapatkan perawatan yang dibutuhkan.
Saat usia 13 tahun, Stephanie mulai melewatkan sarapan dan makan siangnya ketika ia merasa dikucilkan oleh teman-teman sekolah.

Ia berpikir jika ia mengurangi berat badannya, ia akan dimasukkan dalam pergaulan.
"Aku mendapat pujian dan diberi selamat atas bagaimana menariknya penampilanku, hasilnya, kepercayaan diriku tumbuh," ungkap Stephanie pada Real Women: Real Stories.

Real Women: Real Stories merupakan series Youtube yang dibuat untuk meningkatkan kepedulian terhadap kesusahan yang dialami para wanita dalam berbagai aspek kehidupan.
"Akhirnya ada sesuatu yang bisa aku kendalikan, sesuatu yang menyibukkan pikiranku, sesuatu yang membuatku aman dan terlindungi. Aku butuh penyakit ini, aku butuh pengurang kegelisahan."

Keluarga Stephanie mulai menyadari ada hal yang salah ketika ia masuk tingkat akhir SMA.
Pada usia 17 tahun, Stephanie masuk ke dalam program penyakit gangguan makan di sebuah rumah sakit di New Jersey untuk mengobati perilakunya.

Atas perilakunya itu, Stephanie divonis oleh dokter mengalami anoreksia.
Ia kemudian mendapatkan perawatan untuk menambah berat badan 7 kg dan dikirim pulang, dinyatakan "sembuh."

"Aku diminta untuk mengendalikan gejala dengan mengukur makanan dan menghitung kalori," ungkap Stephanie.
"Tidak ada yang menanyaiku pertanyaan yang lebih dalam, seperti apa yang terjadi di sekolah, atau bagaimana, atau mengapa, sehingga aku dengan cepat kambuh lagi."
Stephanie kemudian mencari bantuan lagi, pada usia 19 tahun, ia masuk fasilitas perawatan perumahan di Indiana.

"Aku merasakan hubungan yang lebih kuat pada jiwaku, terapi tersebut sangat kuat tapi juga menenangkan"
Namun perawatan tersebut membutuhkan biaya 1200 dollar per harinya.
Setelah 3 bulan, biaya perawatan tersebut menjadi tak terjangkau oleh kedua orangtuanya.
Jadi, Stephanie dipulangkan, tapi tanpa rencana apa-apa, ia dengan cepat kambuh lagi.

Setphanie mulai berkuliah di Universitas New York, menggunakan aktivitas hariannya sebagai cara untuk mengalihkan diri dari penyakitnya.
Tahun 2012, setelah lulus, ia mulai membuat perhiasan agar tetap teralihkan, tapi kemudian kambuh lagi.
Ia mencoba pendekatan holistik, berhubungan dengan penasehat dan ahli diet, ikut kelas yoga dan meditasi agar "kembali ke jalan yang benar."

Namun, semua perawatan gagal.
Ia kembali masuk rumah sakit, makan cukup, dipulangkan, tapi kemudian kelaparan lagi.
Pertengahan Februari lalu, Stephanie ditemukan tak sadarkan diri di aprtemen saudara perempuannya, Janete.
Ia langsung dilarikan ke rumah sakit Mount Sinai dimana ia menghabiskan waktu 2 minggu di ICU.
Berat badannya saat itu kurang dari 31 kg.

Saat ini, Stephanie berada dalam pusat perawatan bernama Monte Nido di Medford, Massachusetts.
Keluarganya berkata ia akan tetap di sana selama mereka bisa membiayai perawatannya.
Untuk kebutuhan selama sembilan bulan, biayanya sekitar 1000 dollars (13 juta rupiah) per hari.

Karena itu, keluarga Stephanie menggalang dana di GoFundMe demi mengharapkan bantuan biaya perawatan.
Dengan tujuan akhir 100 ribu dollars (13,2 miliar rupiah), keluarga Stephanie saat baru mengumpulkan 20 ribu dollars (265 juta rupiah.)
(TribunStyle.com/Tiara Shelavie)