Sejak kecil Gibran menetap di Solo, namun saat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dirinya pindah ke Singapura untuk melanjutkan sekolah setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2002 di Orchid Park Secondary School, Singapura.
Selanjutnya pada tahun 2007 Gibran lulus dari Management Development Institute of Singapore (MDIS) dan melanjutkan studinya ke University of Technology Insearch, Sydney, Australia hingga lulus di tahun 2010.
Ia menjabat sebagai ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJBI) Kota Solo.
Sejak Desember 2010, ia membuka usaha katering yang diberi nama Chilli Pari.
Ketika mulai ayahnya menjabat sebagai Presiden, Gibran masih tetap lebih banyak menghabiskan waktu di Solo, mengurus usaha kulinernya.
Selain memiliki usaha catrering bernama Chilli Pari, ayah satu orang anak ini juga punya usaha lain.
Ia memiliki usaha Markobar, dan Gibran berhasil membuka beberapa cabang.
Usaha warung markobar miliknya bisa dibilang cukup sukses.
Selalu berinovasi dengan masakannya membuat markobar semakin dikenal, baik di Solo maupun daerah lain.
Meski Gibran cukup jarang tampil di media, dan fokus mengurus usahanya, nampaknya masih saja ada yang "salah" bagi beberapa orang.
Beberapa waktu lalu sebelum Pilgub DKI Jakarta dimulai, media sosial panas menuding setiap orang sebagai dalang dan semacamnya.
Gibran pun tak luput dari sindirian dan nyinyiran netizen yang "sensitif".
Seorang netizen dengan ID Twitter @eliya_mkom mengunggah kicauan menyindir Gibran.
"Ada tim yang menyusun strategi komunikasi politik jokowi, sampai detail termasuk @Chilli_Pari lulusan luar negeri tapi cuma bisnis martabak," tulisnya dalam kicauan tersebut.
Wanita itu bahkan me-mention akun Twitter Gibran.
Sudah pasti Gibran membaca kicauan tersebut.
Ia dengan santai hanya me-retweet kicauan netizen tersebut tanpa ambil pusing.
Gibran me-retweet kicauan netizen tersebut (Twitter/Chilli_Pari)
Tak hanya Gibran, sang adik, Kaesang Pangarep juga ikut me-retweet kicauan tersebut.
Mungkin kedua kakak beradik itu memastikan si ibu ini bahwa mereka membaca kicauan ibu yang ternyata seorang "Master in Political Communication" seperti yang tertulis dalam bio akun Twitter-nya.
Kaesang Pangarep ikut me-retweet kicauan tersebut (Twitter/KaesangP)
Melihat kicauan tersebut, justru beberapa netizen Twitter malah membela Gibran dengan membalas kicauan netizen itu.
"@eliya_mkom @Chilli_Pari apa yg salah dgn bisnis martabak? Pemakaian kata "cuma" seakan2 merendahkan profesi. yg penting kan halal, bu?" balas akun Twitter @minaeffendy.
"@eliya_mkom @Chilli_Pari lah emang kenapa kalo jual martabak? kalo jual martabat itu baru rendah," tulis akun Twitter @wowadit.
"@eliya_mkom @Chilli_Pari mbak cepat cari pacar...biar ada yang ngendaliin hormonnya..," balas akun @AEF8386.
Ibas Yudhoyono Berkicau 'Wahai Rakyatku' di Twitter, Begini Tanggapan Kocak Gibran dan Kaesang
Media sosial bagai pisau bermata dua.
Terkadang banyak orang memilih untuk menceritakan keluh kesahnya melalui media sosial.
Bisa dibilang jaman sekarang media sosialmu, harimaumu.
Dan pada 14 Februari lalu, mantan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, mengunggah cuitan curhatnya.
Ia menuliskan tentang kasus ia merasa difitnah oleh kelompok tertentu.
Lini masa sudah pasti dibuat heboh dengan kicauan tersebut.
Meski ini memang bukan pertama kalinya SBY curhat di media sosial.
Tak hanya SBY saja yang berkicau di media sosial Twitter.
Namun sang anak, Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas, juga tak mau kalah.
Ia berkicau panjang lebar mengenai usapan Antasari Azhar yang ia anggap sebagai fitnah.
Ibas menuliskan, "Wahai Rakyatku & Saudara"ku. Janganlah kita larut dlm Demokrasi yg Menyesatkan (Fitnah). Masih bnyk cara yg lebih Ksatria menuju satu tujuan."
Cuitan Ibas (twitter.com/Edhie_Baskoro)
Sudah pasti lini masa dibuat geli dengan tulisan "Wahai Rakyatku" yang ditulis Ibas tersebut.
Namun sepertinya kedua anak Presiden Jokowi yang cukup eksis di media sosial punya cara tersendiri menanggapi kicauan tersebut.
Selang sehari usai "curhatan" Ibas dan Ayahnya, pada 15 Februari, Gibran Rakabuming pun berkicau seperti ini.
"Wahai Adikku @KaesangP," melalui akun Twitter @Chilli_Pari.
Cuitan Gibran (twitter.com/Chilli_Pari)
Beberapa saat kemudian, giliran sang adik, Kaesang Pangarep pun menjawab kicauan tersebut.
Bener-bener nih, kakak beradik punya selera humor yang receh abis.
Ibas Tepis Tudingan Antasari dengan Himbauan, 'Wahai Rakyatku!', Deretan Meme Kocak Ini Bermunculan!
SBY berkicau di media sosial, kali ini di Twitter pribadinya, @SBYudhoyono, Selasa, (14/2/2017).
Sebelumnya, publik dihebohkan dengan pengakuan Antasari Azhar, mantan Ketua KPK yang dituduh membunuh Nasrudin Zulkarnaen, Direktur PT. Putra Rajawali Banjaran.
Antasari divonis selama 18 tahun penjara pada 2010, tapi kini setelah menjalani dua per tiga masa hukuman, Antasari bebas bersyarat.
Selanjutnya Presiden Joko Widodo memberi grasi kepada Antasari sehingga dirinya dinyatakan bebas murni.
Dalam keterangan pers tersebut, Antasari sebelumnya meminta maaf kepada rekan-rekan media di bawah pimpinan Hary Tanoesodibjo.
Antasari mengaku didatangi Hary Tanoe, "Beliau diutus oleh Cikeas waktu itu, siapa Cikeas (tanya Antasari ke wartawan). Ya. Datang ke rumah saya supaya saya tidak menahan Aulia Pohan, dia bilang saya bawa misi pak, saya diminta dari sana untuk menemui bapak," kata Antasari menirukan ucapan Hary Tanoe.
Mendengar permintaan Hary Tanoe tersebut, Antasari Azhar bersikap independent sebagai penegak hukum.
Hary Tanoe sempat memohon, "Aduh pak, saya mohon betullah, karena bagaimana nanti, keselamatan bapak, bagaimana? Katanya begitu kan, waktu malam itu," kata Antasari menirukan Hary Tanoe.
"Kampungan, sangat tidak berkelas fitnah keji Antasari kepada @SBYudhoyono. Busuk! Sangat terbaca segala motif penzoliman ini #AAGateFitnah."
"Wahai rakyatku dan saudara-saudaraku. Janganlah kita larut dalam demokrasi yang menyesatkan (fitnah). Masih banyak cara yang lebih ksatria menuju satu tujuan," lanjut cuitan Ibas.
Kali ini, bukan permasalahan utama yang disoroti netizen, tapi penggunaan kalimat 'Wahai Rakyatku!' yang diutarakan Ibas.
Netizen menganggap kalimat tersebut lebih pantas diutarakan oleh seorang pimpinan sebuah negara atau raja.
Berikut tanggapan dan meme menggelitik dari netizen.
"Menyapa dengan sebutan "wahai rakyatku" padahal bukan siapa-siapa itu, sama saja dengan menyapa "Hai sayang" padahal kenal juga enggak," ujar akun @Arie_kriting