Kasus Gubernur Jakarta
Ibu Ini dan Keluarganya Menangis Saat Ahok Jadi Tersangka, Cucu Sakit Pun Sampai Ditinggal
Siti mengatakan teman-teman pengajiannya sempat ragu orang biasa bisa jumpa Ahok dengan mudah, tapi Siti Umayah rela melakukan ini!
Editor: Lilis Maryati
TRIBUNSTYLE.COM - Seorang warga dari Srengseng Sawah, Jagakarsa, bernama Siti Umiyah, datang seorang diri ke Rumah Lembang untuk bisa bertemu calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
Siti menyampaikan dukungannya kepada Basuki atau Ahok.
"Saya muslim sejak kecil, tapi saya sangat sayang dengan Pak Ahok. Keluarga saya mendukung Pak Ahok," ujar Siti di Rumah Lembang, Menteng, Rabu (30/11/2016).
"Saat Bapak menjadi tersangka, kami sekeluarga menangis. Kami tidak ingin Pak Ahok ditahan, kami ingin Pak Ahok jadi gubernur kami," ucap Siti sambil terisak pelan.
Siti mengatakan, sebenarnya tujuannya datang ke Rumah Lembang sekaligus untuk membuktikan kepada teman-teman pengajiannya.
Siti mengatakan teman-temannya sempat meragukan bahwa orang biasa bisa berjumpa Ahok dengan mudah.
Mereka meminta Siti untuk menunjukkan bukti berupa foto bersama Ahok.
Jika berhasil, mereka bersedia ikut Siti datang ke Rumah Lembang.
"Saya berusaha naik Uber dari pagi untuk ketemu Pak Ahok, kena macet, cucu saya sakit saya tinggal," ujar Siti.
Siti pun mendoakan Ahok agar selalu dilindungi Tuhan. Sebab, dia percaya Ahok merupakan orang bersih.
Ahok mengamini doa itu. Kemudian, Ahok menuruti permintaan Siti untuk berfoto bersama sebagai bukti untuk teman-temannya.
Ahok bahkan merangkul Siti dalam foto itu. (Kompas.com/JessiCarina)
Ahok Berdialog dengan Pendeta di Rumah Lembang/
Perubahan Gaya Komunikasi Dinilai Penting bagi Ahok untuk Menaikkan Elektabilitas
Sementara itu, Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, menilai, gaya komunikasi calon gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi faktor yang mendominasi ketidaksukaan warga terhadap Ahok.
"Perubahan komunikasi dan simbolisasi kampanye penting," kata Yunarto di Kantor Charta Politika, Jakarta Selatan, Selasa (29/11/2016).
Elektabilitas Ahok mengalami penurunan berdasarkan sejumlah survei terakhir, termasuk survei yang dilakukan Charta Politika.
Tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Ahok-Djarot Saiful Hidayat memang cukup baik, yakni sekitar 63 persen. Secara rasional, kata dia, publik merasa puas akan kinerja Ahok-Djarot.
Namun, lanjut dia, faktor rasionalitas itu tak linier dengan pemilih Ahok.
"Kalau kemarahan dan ketidaksukaan bisa dibalikan, orang lihat Ahok dalam pribadi berbeda, pemilih emosional bisa menjadi rasional," kata dia.
Di sisi lain, kondisi politik secara umum juga dinilai memengaruhi penilaian publik terhadap Ahok.
Bila isu penistaan agama masih menjadi isu nasional, kata Yunarto, isu ini bisa menjadi beban bagi Ahok-Djarot untuk mengembalikan elektabilitas.
Dalam kasus dugaan penistaan agama, Ahok ditetapkan sebagai tersangka.
Adapun hasil survei Charta Politika menunjukkan bahwa elektabilitas Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni berada pada angka 29,5 persen.
Disusul Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok-Djarot Saiful Hidayat memperoleh 28,9 persen dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno memperoleh 26,7 persen.
Sementara itu, responden yang belum menentukan pilihan sebanyak 14,9 persen. Pengumpulan data ini dilakukan pada 17-24 November 2016.
Survei ini menggunakan metode wawancara tatap muka dengan kuesioner terstruktur.
Jumlah sampel sebanyak 733 responden dari 800 yang direncanakan.
Responden tersebar di lima wilayah kota administrasi dan satu kepulauan.
Margin of error dalam survei ini kurang lebih 3,5 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei dilakukan dengan pendanaan sendiri. (Kompas.com/Kahfi Dirga Cahya)
 
							 
                 
											 
											 
											 
											