Pilkada Jakarta
Justru Datangi Daerah yang Pasang Spanduk Penolakan, Ahok: Sejauh Itukah Benci Saya?
Gubernur Ahok justru beritikad mendatangi daerah-daerah yang memasang spanduk menolak dirinya. "Sejauh itukah benci saya?"
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNSTYLE.COM - Calon gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), mengungkapkan, dia akan mempergunakan waktu sebaik mungkin selama cuti kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017.
Ahok ingin menggunakan waktunya untuk sebanyak-banyaknya turun ke lapangan.
"Mengecek program-program yang kami kerjakan. Misalnya, kami punya laporan, saya kan setiap hari lihat foto yang dikirimkan, dari laporan yang masuk. Tentu kami juga pengin lihat fakta di lapangan seperti apa," kata Ahok saat berkunjung ke Redaksi Harian Kompas, Rabu (2/11/2016).
Selain itu, dia juga ingin mengunjungi daerah yang disebut-sebut akan menolak kehadirannya, contohnya di Jagakarsa.
Ahok mengaku mendengar kabar ada sekelompok warga yang memasang spanduk penolakan terhadap dirinya di kawasan tersebut.
Ahok pun mengunjungi kawasan tersebut pada hari pertama kampanye.
"Saya pengin tahu, apakah sejauh itukah orang benci sama Ahok? Pas saya datang, baik-baik saja tuh semuanya, baik-baik saja sih, ya ada 1-2 orang yang mukanya cemberut gitu ya, kan kelihatanlah mukanya. Namun, secara umum, oke," kata Ahok.
Pada kesempatan itu, Ahok juga mengungkapkan perbedaan antara calon gubernur dan petahana. Ahok menjelaskan, dia merupakan gubernur petahana dengan masa jabatan hingga Oktober 2017.
Ahok mengibaratkan dirinya sebagai seorang gubernur yang tengah cuti.
"Petahana itu kalau kami selama empat tahun enggak mengerjakan apa-apa, ya enggak usah pakai cerita kampanye. Kecuali ada distorsi kami nyogok atau apa. Tetapi, itu pun sudah enggak ada kesempatan sebetulnya," ucap Ahok.
Ahok merupakan calon gubernur ketiga yang mengunjungi Redaksi Kompas. Sebelumnya calon gubernur Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono juga sudah mengunjungi Redaksi Harian Kompas. (Kurnia Sari Aziza/ Kompas.com)
Kata Ahok, Soal Dihadang Segelintir Demo Saat Blusukan
Kejadian kurang mengenakkan dialami calon gubernur yang maju pada Pilkada DKI Jakarta 2017, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, saat kampanye di Rawa Belong, Jakarta Barat, Rabu (2/11/2016).
Ahok dihadang sekelompok orang yang menolaknya masuk ke wilayah tersebut.
Alhasil, Ahok harus diamankan ke Markas Kepolisian Sektor Kebon Jeruk untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tak diinginkan. Saat dibawa ke Mapolsek Kebon Jeruk, Ahok harus menggunakan angkutan umum.
Di mata Ahok, aksi tersebut menciderai demokrasi. Oleh karena itu, dia mengaku tak takut dengan berbagai gelombang penolakan yang datang pada dirinya.

Calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok blusukan di Rawa Belong, Jakarta Barat, Rabu (2/11/2016).
Negara, kata dia, tidak boleh takluk dengan premanisme. Ahok juga sudah memprediksi akan adanya aksi penolakan tersebut. Sekelompok orang itu, menurut dia, akan hadir di manapun dia berkampanye.
Kendati demikian, Ahok mengatakan tak akan menambah petugas keamanan untuk menjaga dirinya.
"Tambah (pengamanan) mau ngapain? Mau ngajak berantem?" kata Ahok, di Mapolsek Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Rabu sore.
Sementara itu, calon wakil gubernur yang menjadi pendamping Ahok, Djarot Saiful Hidayat, menilai aksi penolakan terhadap Ahok bukan cara baik dalam berdemokrasi.
Djarot menambahkan, dalam berdemokrasi perbedaan adalah hal yang wajar dan setiap orang harus diberikan kesemapatan yang sama.
"Kalau beda pilihan, ya nanti tanggal 15 dong. Itu saya pikir lebih dewasa, lebih baik," ujar Djarot.
Apa yang dialami Ahok mengundang keprihatinan dari pesaingnya. Cawagub DKI Jakarta nomor pemilihan 3, Sandiaga Uno, menilai tidak semestinya ada pihak yang menebar kebencian.
Bila tidak suka, menurut dia, maka cukup dengan tidak memilih pada 15 Februari 2017 nanti.
"Tapi jangan pernah membenci dia (Ahok). Karena dia betul-betul sekarang dalam posisi berkampanye," kata Sandiaga.
Adapun cagub DKI Jakarta nomor pemilihan 1, Agus Harimurti Yudhoyono, enggan berkomentar banyak terkait peristiwa tersebut. Ia menyerahkan kepada masyarakat untuk memberikan penilaian sendiri. (Kahfi Dirga/ Kompas.com)
