Breaking News:

Ulang Tahun Wiji Thukul - Mengenang Perjuangan Sang Peluru Tajam Kebanggaan Indonesia

Tahukah kamu hari ini adalah hari istimewa bagi Wiji Thukul?

Penulis: Yohanes Endra Kristianto
Editor: Delta Lidina Putri
YouTube/Indonesia Update Now

Laporan Wartawan TribunStyle.com, Yohanes Endra Kristianto

TRIBUNSTYLE.COM - Hai para penggemar tokoh pejuang Indonesia!

Tahukah kamu hari ini adalah hari istimewa bagi Wiji Thukul?

Kata kunci "Wiji Thukul" masuk dalam daftar topik tren Twitter Indonesia, Jumat siang (26/8/2016).

Kata kunci itu menjulang, seiring peringatan hari kelahiran penyair, Wiji Thukul.

26 Agutus 2016, bila masih hidup, Wiji Thukul genap berusia 53 tahun.

Thukul merupakan korban penghilangan paksa di masa pengujung Orde Baru (1997 - 1998).

Pria kelahiran Surakarta, 26 Agustus 1963, meninggal di tempat dan waktu yang tidak diketahui.

Thukul hilang sejak diduga diculik, 27 Juli 1998 pada umur 34 tahun.

Sastrawan dan aktivis hak asasi manusia ini sampai sekarang tidak diketahui rimbanya, dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer.

Thukul, begitu sapaan akrabnya adalah anak pertama dari tiga bersaudara.

Ia lahir dari keluarga Katolik dengan keadaan ekonomi sederhana.

 

rappler.com

Ayahnya adalah seorang penarik becak, sementara ibunya terkadang menjual ayam bumbu untuk membantu perekonomian keluarga.

Thukul Mulai menulis puisi sejak SD, dan tertarik pada dunia teater ketika duduk di bangku SMP.

Bersama kelompok Teater Jagat, ia ngamen puisi keluar masuk kampung dan kota.

Thukul menyambung hidupnya dengan berjualan koran, jadi calo karcis bioskop, dan menjadi tukang pelitur di sebuah perusahaan mebel.

Pada Oktober 1989, Thukul menikah dengan istrinya Siti Dyah Sujirah alias Sipon yang saat itu berprofesi sebagai buruh.

Tak lama semenjak pernikahannya, Pasangan Thukul-Sipon dikaruniai anak pertama bernama Fitri Nganthi Wani.

Kemudian pada tanggal 22 Desember 1993 anak kedua mereka lahir yang diberi nama Fajar Merah.

Kendati hidup sulit, ia aktif menyelenggarakan kegiatan teater dan melukis dengan anak-anak kampung Kalangan, tempat ia dan anak istrinya tinggal.

Melansir wikipedia, pada 1994, terjadi aksi petani di Ngawi, Jawa Timur.

Thukul yang memimpin massa dan melakukan orasi ditangkap serta dipukuli militer.

Sedemikian aktifnya Thukul menghujam ketidakadilan yang terjadi pada rakyat jelata hingga menjadi pemuda yang berbahaya di mata penguasa.

Puncaknya terjadi semenjak bulan Juli 1996.

Twitter/pandji

Thukul sudah berpindah-pindah keluar masuk daerah dari kota satu ke kota yang lain untuk bersembunyi dari kejaran aparat.

Dalam pelariannya, Thukul tetap menulis puisi-puisi pro-demokrasi yang salah satu di antaranya berjudul Para Jendral Marah-Marah.

Tahun 2000, Sipon melaporkan hilangnya Thukul pada KONTRAS (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan), namun Thukul belum ditemukan hingga kini.

Kontras (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) menerima laporan soal hilangnya Thukul dari pihak keluarga pada 24 Maret 2000.

Adapun informasi terakhir seputar penyair cadel itu diterima sekitar bulan April-Maret 1998.

Melansir beritagar.id, pada Oktober 2006, Tim Ad Hoc Komnas HAM telah merilis hasil penyelidikan terhadap kasus penghilangan orang secara paksa.

Di dalamnya dijelaskan bahwa kasus ini merupakan pelanggaran HAM berat, yang dapat dikategorikan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.

Terkatung-katung selama bertahun-tahun, timbul secercah harapan pada pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Pemerintah telah melontarkan gagasan untuk menyelesaikan sejumlah kasus pelanggaran ham berat lewat komite rekonsiliasi.

Orang-orang menuntut keadilan agar kasus ini lekas tuntas melalui berbagai media.

Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan bersama KontraS dan Jaringan Relawan Kemanusiaan, mengadakan kegiatan guna bertahan dalam perjuangan mengungkap fakta kebenaran, mencari keadilan dan melawan lupa.

Kegiatan itu selama ini dikenal dengan Aksi Kamisan.

Banyak pula orang yang karyanya terinspirasi dengan semangat perjuangan Wiji Thukul.

Pandji Pragiwaksono membuat lagu dengan syair yang kental dengan kerinduan terhadap pahlawan berjudul Menolak Lupa.

 

YouTube Pandji Pragiwaksono

Di dalamnya ada kata-kata provokatif yang popular dari Wiji Thukul.

"Hanya Satu Kata, Lawan!"

Yang terbaru, Yosep Anggi Noen menulis dan menjadi sutradara dalam film Istirahatlah Kata-Kata.

Film yang berdasarkan kehidupan seorang penyair besar Indonesia, Wiji Thukul, ini telah merilis trailer pada 5 Agustus 2016.

Facebook Istirahatlah Kata-Kata
Sebelum tayang di Indonesia, film ini telah diputar di Swiss dan Rusia.
Kisah luar biasa Wiji Thukul sungguh berdampak luas bagi demokrasi di Indonesia.
Semoga semangat perjuangan Wiji Thukul bisa menjadi inspirasi bagi generasi millennials, ya!
Sebagai penutup, ucapkanlah kata-kata ini untuk memberi inspirasi karya hidupmu.
"Jika kau menghamba kepada ketakutan, kita memperpanjang barisan perbudakan," Wiji Thukul.
---------------------------------------------------

Jangan Lupa!

Like Fanpage Facebook: Tribun Style

Follow Twitter: @tribunstyle

Instagram: @Tribunstyle

Sumber: TribunStyle.com
Tags:
Wiji ThukulPandji PragiwaksonoYosep Anggi Noen
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved