HUT Kemerdekaan RI - Satsuki Mishima, Orang Jepang yang Ikut Andil Dalam Proklamasi

Laporan Wartawan TribunStyle.com, Bobby Wiratama

TRIBUNSTYLE.COM - Wah, sebentar lagi peringatan 17-an nih.

Dari jaman SD sampai SMA pasti kamu sering dengar dong soal peristiwa dibuatnya naskah proklamasi.

Kalau kamu membahas perancangan proklamasi pasti yang teringat pertama kali adalah peristiwa Rengasdengklok.

Nah, menjelang hari berganti menjadi tanggal 17 Agustus di tahun 1945, Soekarno dan beberapa rekannya ini berada di rumah Laksamana Maeda.

Pertemuan ini terjadi dikarenakan para tokoh golongan muda mendesak para tokoh di golongan tua seperti Soekarno, Hatta serta Mr. Achmad Subardjo untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Hal ini dikarenakan Jepang kala itu tengah jatuh mental dan kekuatannya setelah serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.

Peristiwa Rengasdengklok (wikipedia.org)

Dibalik peristiwa ini, sosok yang paling dikenang adalah Soekarno sebagai proklamator, Sayuti Melik sebagai sang penulis naskah dan terakhir Laksamana Maeda yang rumahnya digunakan untuk perancangan kala itu.

Selain nama-nama di atas ada satu yang nama yang jarang sekali dibahas namun perannya dianggap cukup penting di kala itu.

Nama orang itu adalah Satsuki Mishima.

Kamu pasti bertanya-tanya, "Siapa sih ini orang?' dan "apa sih perannya?".
Singkatnya gini guys, ketika draft Proklamasi selesai dibuat pagi itu,orang-orang yang ada di Rengasdengklok baru menyadari bahwa di rumah Laksamana Maeda tidak ada mesin tik !

Bingung harus bagaimana, anak buah Tadashi Meida yang bernama Satsuki Mishima ini memberi tahu dimana mereka bisa meminjam mesin tik di pagi-pagi buta seperti itu.

Mishima pergi menggunakan mobil Jip milik Maeda untuk meminjam mesin tik milik Kantor Kriegsmarine (Perwakilan Angkatan Laut Jerman) di Indonesia.

Mesin tik ini kemudian digunakan untuk menulis draft yang ada oleh Sayuti Melik dan akhirnya proklamasi pun bisa dijalankan dengan lancar.

Wah, tanpa jasa Satsuki Mishima ini nampaknya hari kemerdekaan Indonesia bisa saja molor kala itu.