Bukan Sekolah Biasa, Inilah Sekolah Prostitusi yang Ditengarai Mencetak Lulusan untuk Jadi PSK!
Sebuah sekolah dibangun untuk memberikan pendidikan pada siswanya, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun budi pekerti.
Penulis: Salma Fenty Irlanda
Editor: Dimas Setiawan Hutomo
TRIBUNSTYLE.COM - Sebuah sekolah dibangun untuk memberikan pendidikan pada siswanya, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun budi pekerti.
Namun, bagaimana jika sekolah yang didirikan khusus untuk mencetak generasi Pekerja Seks Komersial (PSK)?
Meskipun terdengar aneh dan sangat miris, tapi sekolah semacam ini benar-benar ada.
Dilansir TribunStyle.com dari listverse, Senin (22/1/2018), sekolah yang diberi nama 'Trabajo Ya' yang berarti 'Kerja Sekarang' itu telah dibuka di Valencia, Spanyol.
Sekolah tersebut menawarkan sebuah kursus dalam bidang prostitusi bagi para siswanya dengan kebijaksanaan maksimum.
Tidak terbatas padahal itu saja, tapi juga mengajarkan trik PSK yang paling efektif saat melakukan transaksi.
Untuk menarik minat masyarakat mendaftar di sekolah itu, mereka membuat iklan besar-besaran.
Tidak memerlukan kualifikasi yang rumit untuk bisa menjadi bagian di dalamnya.
Hanya diperlukan orang dengan usia minimal 18 tahun yang rajin hadir mengikuti kelas dan tidak malu-malu.
Dalam penawarannya, mereka menekankan jika profesi PSK sangat menguntungkan dan merupakan pekerjaan instan bagi segala jenis kelamin.
Jangan dibayangkan seperti sekolah pada umumnya.
Sekolah ini hanya memberikan pelatihan pada siswanya selama satu minggu saja.
Di dalam pembelajaran itu sudah mencakup kelas teori dan praktik.
Cukup dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp 1,6 juta, para siswa diberi pelajaran tentang sejarah evolusi prostitusi derta keterampilan bisnis.
Diadakan pula sesi keterampilan praktis selama duajam setiap hari di mana siswa mempelajari seluk beluk soal prostitusi.
Tentu saja, keberadaan sekolah ini pun menuai kontroversi di masyarakat.
Mereka melayangkan gugatan hukum pada sekolah itu.
Pengadilan pun melakukan penyelidikan terhadap kegiatan sekolah dan mengecek apakah sekolah itu benar-benar membuka praktik prostitusi.
Namun sayangnya, mereka tak menemukan buktinya.
Para hakim menganggap tidak ada unsur konklusif yang ditemukan sebagai bukti jikakelas tersebut dibuka untuk anak di bawah umur.
Tidak dapat dibuktikan pula jika mereka melakukan promosi prostitusi dan kembali beroperasi.
Masyarakat seolah tak menyerah dan kembali mengajukan pemeriksaan ulang yang diajukan melalui perwakilan partai politik regional.
"Tidak ada pelanggaran yang telah dilakukan oleh kelas itu, tak banyak yang bisa dilakukan," terang seorang anggota kepolisisan.
Meskipun demikian, jika suatu hari sekolah tersebut benar-benar terbukti menemukan anak di bawah umur dan membuka praktik prostitusi, maka penyelidikan akan dilakukan kembali. (TribunStyle.com/ Salma Fenty Irlanda)