Tak Banyak yang Tahu, Lomba-Lomba Seru di Saat 17-an Ternyata Peninggalan Penjajah Jepang & Belanda?
Tahu nggak sih kalau permainan khas 17-an itu ternyata mirip dengan lomba tentara penjajah baik dari Jepang maupun Belanda?
Penulis: Bobby Wiratama
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNSTYLE.COM - Tak terasa peringatan Hari Ulang Tahun bangsa Indonesia tinggal menghitung beberapa jam lagi.
Untuk memperingatinya,tiap daerah di peosok Indonesia memiliki caranya sendiri.
Salah satunya adalah menggelar lomba-lomba khas 17-an.
Berbagai jenis perlombaan unik dan seru pun dipertandingkan dalam suasana meriah mulai dari kampung hingga kota.
• Ngakak! 8 Meme Paling Kocak Lomba 17 Agustus, Ada Favorit Anak Kos dan Para Jomblo
Umumnya, perlombaan yang jadi main event adalah panjat pinang yang membutuhkan tingginya kerjasama antar peserta.
Selain lomba itu, masih ada juga berbagai lomba lainnya seperti makan kerupuk,gigit koin, dan masih banyak lainnya.
Nah, dari lomba-lomba yang ada ini, tahu nggak sih kalau permainan itu ternyata mirip dengan lomba tentara penjajah baik dari Jepang maupun Belanda?
Sejarawan JJ Rizal mengatakan, perlombaan 17-an yang ada sampai sekarang merupakan hasil comotan dari Belanda dan Jepang saat menjajah negara ini.
Terutama lomba seperti panjang pinang, tarik tambang, dan kuda-kuda.
"Panjat pinang itu sudah terlihat di gambar-gambar kolonial. Lantas pada zaman Jepang saat ulang tahun Djawa Baroe yang dekat dengan masuknya Jepang ke Indonesia, di acara itu sudah terlihat lomba tarik beban berat, lomba kuda-kuda," ujar Rizal.

Peninggalan itu "diterima dan diteruskan untuk mengenang momen bersejarah melalui perayaan yang menimbulkan keriaan."
Tapi lomba-lomba itu sudah diperkaya dan diberi isi baru untuk mengenang momen-momen baru.
Tujuannya bukan lagi menghormati Ratu Belanda atau kedatangan Jepang, melainkan kelahiran negara Indonesia.
Rizal mengaku tidak tahu siapa yang berjasa mencetuskan ide-ide perlombaan itu. Entah orang asing atau pribumi.

Yang jelas, bangsa Indonesia memang sangat menggemari permainan dan perlombaan, terutama saat perayaan.
"Setiap ada perayaan dipastikan ada perlombaan, seperti di kerajaan Aceh, lalu di kerajaan Mataram," ujar Rizal.
Tapi masing-masing lomba, seperti dalam perayaan 17 Agustus, menurut Rizal tidak ada makna khusus.
"Nilai di seputar lomba-lomba itu dibangun kemudian disesuaikan dengan nilai historis. Seperti lomba balap karung identik dengan kesusahan zaman Jepang, kemudian panjat pinang identik dengan gotong royong," katanya.
(TribunStyle.com/ Bobby Wiratama)